
Salatiga, IDEApers.com - Sebanyak 180 mahasiswa UIN Walisongo bersama mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengkaji penanaman dan penerapan spiritualitas lingkungan. Hal itu sebagai respons atas penerapan teologi Islam yang mengatur hubungan antara agama dan lingkungan.
Ahmad Fauzan, selaku pembicara dalam acara tersebut mengungkapkan kegelisahannya selama mengajar di Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) dan Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo. Ia ingin mengelaborasikan hubungan antaragama, ia tidak ingin hubungan tersebut hanya sebatas hubungan yang tidak memiliki manfaat nyata bagi masyarakat.
"Akhirnya hubungan akan mandek dan sebatas dialektika para pegiat studi agama-agama," tuturnya saat ditemui kru IDEApers di lokasi acara.
Dalam acara yang berlangsung pada Selasa (06/06/17) tersebut, Fauzan mengajak pada audien untuk berpikir dan berlaku out of the box dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia mengingatkan bahwa bumi ini semakin rusak, terutama di Indonesia yang masih sering terjadi pembalakan liar di hutan.
"Saya mengajak mahasiswa UIN maupun UKSW untuk berdiskusi agar terjadi hubungan baik yang produktiif," ungkapnya.
Zacky, salah satu peserta dari UIN Walisongo mengungkapkan jika diskusi semacam ini bisa menumbuhkan pemahaman akan pentingnya agama dalam menjaga lingkungan. Selain itu, Zacky menilai acara ini mampu meningkatkan kerukunan antaragama di kalangan akademisi UIN Walisongo dan UKSW.
"Agama-agama sebenarnya mempunyai pemahaman yang sama atas usaha melestarikan lingkungan berbasis spiritualitas dan moralitas kemanusiaan," ungkap mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam itu.
Sementara itu, Heni, Mahasiswa Jurusan Theologi UKSW mengatakan jika seharusnya pemeluk agama apapun yang ada di indonesia bisa bersatu dan saling peduli terhadap lingkungan. Ia menghimbau agar umat beragama tidak saling berprasangka satu sama lain, melainan harus bersatu dalam perbedaan.
"Kita harus bersatu dalam perbedaan, jadi bisa saling memahami," tuturnya. [Rep. Feri/Red. Taufiq]
KOMENTAR