Semarang, IDEApers.com - Pertarungan informasi di era Milenia begitu keras, konflik yang kian berlarut karena banjir atau bom nuklir informasi harus terus dikontrol. Sehingga informasi seperti Hoax tidaklah hanya cukup dengan tabayyun atau klarifikasi, namun harus juga melawannya dengan turut andil menulis dan produktif di dunia maya demi menjaga marwah Kiai dan NKRI. Hal tersebut diungkapkan Abdalla Badri, LTN NU Jepara dan pakar media online di Sarasehan Media oleh IPNU-IPPNU Universitas Negeri Semarang (Unnes), Selasa (28/03/2017).
"Di Facebok dan media sosial lainnya, orang-orang lebih mencari pembenaran, bukan kebenaran. di Whatapp dengan Broadcast, video, grafis, dan kemudian datanglah buzzer media online seperti tembakan senapan tapi bom nuklir. Saya ikut berperang di media online supaya konflik itu tidak berlarut. Saya fokusnya menjaga kiyai dan NU. Karena isu di indonesia yang paling menarik adalah dengan isu agama," ungkapnya saat memberikan materi.
Badri juga menambahkan materinya tentang kenapa kabar Hoax begitu marak di media sosial. Selain itu, karena agenda ini dihelat oleh generasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) ia mengajak yan hadir dengan bacaan surat Fatihah untuk para pendahulu, karena ia menganggap apa yang terjadi sekarang karena ada tujuan untuk tidak mahabbah kepada para Ulama, alam dan lainnya.
Selain Badri, Redaktur senior Suara Merdeka, Saroni Asikin yang juga sebagai pemateri sarasehan mengungkapkan bahwa Hoax sangatlah meresahkan dan dapat membunuh satu sama lainnya. Kita semestinya melek media, kalau hanya fokus pada Hoax saja akan habis energi kita. Maka penting untuk tabayyun.
"Hari ini nilai-nilai jurnalistik kian hilang dan begitu berat untuk menjadi jurnalis yang baik. Jangan gampang percaya pada informasi karena anda akan dikendalikan. Maka penting untuk tabayyun," ungkapnya.
Setelah panjang lebar Asikin menyampaikan materi, ia menyimpulkan bahwa intinya adalah tidak mudah percaya terhadap media. "Intinya kalian jangan mudah percaya terhadap media," tandasnya.
Senada dengan Saroni, Dosen UIN Walisongo sekaligus Lakpesdam NU kota Semarang, M. Rikza Chamami mengutarakan pentingnya mencintai negara atau cinta atas kebangsaan kita. Selain itu juga ia mengimbau untuk pelajar atau mahasiswa NU untuk belajar menulis, karena hal tersebut begitu penting. "Menulis sangat penting di era sekarang, sehingga dapat tercipta Islam yang damai. Juga sangatlah penting untuk selalu jujur dalam bermedia sosial" ujarnya.
Di acara pelantikan dan deklarasi anti Hoax tersebut, Rikza juga menyanyikan lagu Ya Lal Wathon secara singkat dan memaknainya sebagai penyemangat kepada para generasi muda NU untuk semakin mencintai NKRI.
Acara yang diikuti 200 peserta ini berjalan antusias dari pukul 10.00 pagi hingga selesai di gedung dekanat FIP Universitas Negeri Semarang. [ka/taufiq]
KOMENTAR