Pendidikan, tenaga kerja, dan era ekonomi kreatif |
Sistem sekolah a la Eropa tersebut, turut diadaptasi ke Indonesia ketika mereka singgah bahkan menetap di negeri ini pada masa kolonial. Sistem komunikasi dalam dunia pendidikan di Indonesia, terutama jenjang pendidikan dasar dan menengah, menggunakan pola komunikasi satu arah. Guru bertutur kepada murid, dan murid dituntut untuk taat dan mendengarkan apa titah guru. Murid hanya punya sedikit kesempatan untuk mempertanyakan pernyataan guru. Titah guru bagaikan kehendak dewa yang wajib dilaksanakan. Pola pendidikan klasik semacam ini masih banyak diterapkan di Indonesia hingga sekarang.
Hubungan antara dunia pendidikan dan dunia kerja di atas diperkirakan akan mengalami perubahan di era digital seperti sekarang ini. Internet telah mengubah segala aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Murid tidak perlu berjumpa dengan gurunya di ruang kelas, murid hanya perlu duduk di beranda rumah. Membuka gawai yang terkoneksi ke internet untuk mengetahui segala hal yang ingin ia ketahui, tanpa dibatasi oleh kurikulum.
Kondisi tersebut menjadi proyeksi dari dunia kerja yang diperkirakan akan bergerak pada sektor ekonomi kreatif pada tahun 2020. Tiga tahun mendatang, diperkirakan lebih dari satu milyar penduduk bumi akan bekerja dari rumah mereka masing-masing. Segmentasi pembagian tugas kerja juga akan mengalami perubahan. Jumlah orang yang bekerja untuk satu perusahaan yang menguasai lebih dari satu bidang akan semakin berkurang. Sebaliknya, masyarakat era digital memiliki kesempatan besar untuk bekerja pada lebih dari satu perusahaan sebagai seorang spesialis. Pekerjaan mereka semakin dipermudah oleh teknologi.
Contoh konkritnya ialah membludaknya jumlah transaksi melalui media online di Indonesia. Siapapun bisa memiliki toko online yang sukses, tanpa harus menempuh pendidikan formal selama bertahun-tahun terlebih dahulu. Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) mencatat jumlah transaksi pangsa pasar e-commerce mencapai angka 130 triliun rupiah pada tahun 2013. Waktu itu, pelaku transaksi e-commerce didominasi oleh warga Jakarta yang mencapai angka 41 persen. Namun enam bulan setelah itu, jumlahnya turun menjadi 22 persen, hal ini menunjukkan bahwa transaksi e-commerce mulai tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Pendidikan Indonesia Menyambut Era Ekonomi Kreatif
Lantas bagaimanakah pendidikan di Indonesia merespon perubahan yang mulai terasa nyata sekarang ini? Mengingat masyarakat Indonesia sering menganggap bahwa pendidikan seseorang akan berpengaruh kepada pekerjaannya. Semakin tinggi pendidikan, akan semakin besar kesempatan seseorang dalam memperoleh pekerjaan yang "mapan". Meskipun belakangan, tesis tersebut perlahan-lahan mulai terpatahkan oleh adanya fakta-fakta bahwa orang "bodoh" tak berpendidikan tinggi pun mampu meraih kesuksesan.
Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Indonesia, terutama dalam menyikapi pelajar yang mulai aktif menggunakan internet. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Informasi Indonesia (APJII) tahun 2016 mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia usia 10-24 tahun (usia pelajar pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) mencapai 24.4 juta jiwa. Kebanyakan dari mereka menggunakan internet untuk belajar atau sekadar mencari informasi di dunia maya. Pertanyaannya, jika para pelajar abad XXI mampu belajar di rumah melalui internet dengan mandiri, masihkah efektifkah transfer pengetahuan dari guru ke siswa melalui komunikasi satu arah, serta cara-cara konvensional lainnya?
Nampaknya fungsi dan peran guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan bagi siswa mulai tergerus oleh perkembangan teknologi, tergantikan oleh internet. Pada titik inilah guru perlu sadar diri untuk mengubah fungsi dan peran mereka. Bukan lagi sebagai "pencipta pengetahuan" baru bagi siswa, melainkan sebagai "pengendali pengetahuan" siswa yang didapatkan melalui internet. Caranya dengan mengajarkan etika berkomunikasi dan memberi contoh dalam menggunakan internet secara bijak, baik, dan santun.
Pemerintah pun perlu merombak kurikulum pendidikan yang masih menggunakan pola pengajaran konvensioanal yang masih berlaku. Kurikulum perlu disesuaikan dengan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang. Hal ini sebagai satu langkah awal bagi negara ini untuk mempersiapkan generadi masa depannya dalam menghadapi dunia yang begitu kompleks sekaligus simpel, melalui dunia pendidikan. Tujuannya, agar generasi masa depan Indonesia tidak gagap teknologi atau justru kebablasan bahkan menyalahgunakan kemudahan teknologi.
Itulah sedikit gambaran mengenai metamorfosis dari hubungan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Pemerintah, guru, siswa, dan seluruh elemen masyarakat perlu menyadari bahwa dunia ekonomi tengah bergerak menuju era ekonomi kreatif. Perusahaan tidak lagi membutuhkan tenaga kerja dengan predikat cumlaude. Tidak lagi membutuhkan pekerja yang terbiasa patuh pada perintah guru seperti era abad XIX. Dunia membutuhkan seseorang lulusan yang kreatif dan inovatif yang mampu mengolah satu hal sepele menjadi istimewa.
Manusia abad XXI sudah muak dengan sistem kerja delapan per hari yang begitu membosankan. Mereka ingin merdeka dengan gawai masing-masing, mengendalikan dunia melalui kotak ajaib di genggaman tangan. Sudah siapkah pendidikan Indonesia menyongsong era ekonomi kreatif? (Nashokha)
KOMENTAR