Ilustrasi |
Gagasan Kartini sangat mewarnai gerakan kaum perempuan kontemporer di tanah air. Sehingga, sampai saat ini gagasan Kartini masih tetap aktual untuk memberikan inspirasi dan penyadaran tentang gerak dan langkah kaum perempuan kini dan mendatang.
Pemikiran Kartini telah melampaui zamannya dalam memikirkan nasib perempuan pribumi. Di antara alternatif yang ditawarkan adalah dengan memajukan pendidikan di kalangan pribumi untuk melawan penjajahan. Baginya kebodohan merupakan musuh yang harus dilawan, karena dalam kebodohan seseorang tidak akan merasakan penindasan, bahkan akan menjadi hamba terhadap orang yang membodohkan.
Kegundahan Kartini dapat ditelusuri dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang berisi kumpulan surat Kartini kepada para sahabat penanya di Belanda. Setelah Kartini wafat, surat-surat tersebut dikumpulkan oleh Mr. J. H. Abendanon dan kemudian dibukukan. Kumpulan surat tersebut merupakan bukti sejarah, bahwa Kartini memiliki keinginan besar melepaskan wanita-wanita dari diskriminasi yang sudah membudaya.
Di antara sekian banyak surat tersebut, ada satu pesan menarik yang ditulis Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, tanggal 4 Oktober 1902. “Pekerjaan memajukan peradaban itu haruslah diserahkan kepada kaum perempuan. Dengan demikian maka peradaban itu akan meluas dengan cepat dalam kalangan bangsa Jawa. Ciptakanlah ibu-ibu yang cakap serta berpikiran maju, maka tanah Jawa pasti akan mendapat pekerja yang tangkas. Peradaban dan kepandaiannya akan diturunkannya kepada anak-anaknya. Anak-anak perempuannya akan menjadi ibu pula, sedangkan anak-anak yang laki-laki kelak pasti akan menjadi penjaga kepentingan bangsanya,” katanya.
Di bagian lain gagasannya, Kartini menulis : “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama,” tandasnya.
Ada kata kunci yang ditulis Kartini dalam surat itu, yaitu tugas memajukan sebuah peradaban diserahkan kepada kaum perempuan. Peradaban dan kepandaian akan diturunkan kepada anak-anaknya. Ini bisa dicermati bahwa Kartini telah berpikir jauh lebih maju dari kaum perempuan sekarang. Fungsi kaum perempuan yang saat ini diperjuangkan untuk mewarnai peran publik dengan berkiprah di berbagai profesi dan lapangan pekerjaan, mungkin itu yang sekarang diburu dan diperjuangkan para aktivis perempuan.
Tapi satu hal yang kurang diperhatikan para aktivis perempuan, sebenarnya mereka memiliki peran yang sangat agung yakni sebagai madrasah bagi putra-putrinya. Generasi bangsa yang berkualitas akan lahir dari rahimnya, peran ini mutlak dimiliki oleh kaum perempuan tidak bisa dialihkan kepada kaum pria. Untuk melahirkan generasi bangsa yang berkulitas, berawal dari diri kaum perempuan yakni meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui pengajaran dan pendidikan yang cukup.
Bagaimana akan menjalankan kewajibannya dengan baik yakni menjadi ibu sebagai pendidik manusia yang pertama. Bila seorang perempuan tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas mumpuni dan didukung pengetahuan dan ketrampilan, ia tidak akan mampu mengarahkan dan membimbing generasi bangsa yang baik dan berkualitas dalam menghadapi tantangan zamannya.
Maka dari itu persoalan emansipasi wanita yang sekarang banyak diperjuangkan kaum perempuan, mestinya mampu melahirkan perempuan berkualitas yang siap bekerja sama dan bergandengan dengan setiap komponen bangsa. Bukan sosok perempuan yang egois yang menjadikan gerakan emansipasi menjadi pesaing dan mengalahkan laki-laki, bukan itu yang dipesankan Kartini. Karena sebenarnya tanpa menjadi pesaing pun, akan terjadi seleksi alam (natural selection). Pihak yang berkualitas, baik laki-laki maupun perempuan, dialah yang akan menggenggam dan menguasai dunia.
A. Fuadi NS
Pemimpin Umum LPM IDEA Kedua dan Dosen di Universitas Sains al-Quran (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah
KOMENTAR