Ilustrasi |
Agama yang paling dekat hubungannya dengan Islam adalah Kristen. Raja Negus dari negeri Habsyi yang beragama Nasrani adalah orang nonmuslim kedua yang mau membantu Nabi Muhammad, setelah Abu Thalib, di awal masa perkembangan Islam. Allah pun telah menegaskan dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 82, bahwa agama yang paling baik hubungannya dengan Islam adalah Kristen.
Walaupun demikian, bukan berarti dua agama ini bisa selalu hidup berdampingan tanpa dirundung konflik. Sejarah menunjukkan bahwa Islam dan Kristen pernah beradu pedang dalam Perang Salib. Meskipun sebenarnya peperangan itu hanyalah pertempuran demi memperebutkan tanah Palestina, sarat akan kepentingan politik. Namun sudah terpatri dalam hati kebanyakan penganut dua agama samawi tersebut, bahwa Perang Salib adalah perang atas nama agama.
Saling curiga pun kerap terjadi di antara keduanya. Umat Islam mencurigai umat Kristen karena dianggap selalu mencari celah untuk memurtadkan muslim dengan agenda kristenisasi mereka. Di sisi lain, umat Kristen pun mencurigai umat Islam sebagai teroris pasca peristiwa runtuhnya gedung World Trade Center (WTC), Amerika Serikat 14 tahun silam.
Dalam konteks keindonesiaan, Islam dan Kristen sebagai agama dengan jumlah penganut terbesar, menjadi pelopor aksi damai antarumat beragama di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah momen yang tepat untuk menunjukkan rasa hormat umat Islam dan Kristen terhadap penganut agama lain. Momen tersebut adalah hari raya.
Bagi umat Kristen tidak ada larangan untuk mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain. Tahta Suci Vatikan pernah memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri kepada umat Islam di seluruh dunia, melalui sepucuk surat edaran (Tempo.co, 06/07/16). Dalam surat itu pun berisi ajakan kepada umat Islam dan umat Kristen untuk untuk memperteguh ikatan spiritual di antara keduanya. Inti dari ajaran kedua agama adalah sama, saling menghargai dan mengasihi sesama umat manusia.
Sementara bagi sebagian umat Islam yang masih mengikuti ulama klasik, sangat mengharamkan bagi muslim untuk mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen. Seakan tidak pernah menemui solusi, permasalahan ini terus muncul setiap menjelang perayaan Natal tiba. Sehingga memicu debat kusir, baik di kalangan masyarakat di dunia nyata, maupun di kalangan netizen di media sosial.
Masih ingat dalam benak redaksi ketika mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama UIN Walisongo mendapatkan hujatan keras pasca kunjungan ke gereja pada misa natal tahun 2012 lalu. Kunjungan mereka pada dasarnya merupakan bagian dari pembelajaran yang harus mahasiswa pelajari di jurusannya.
Pada dasarnya kunjungan mereka bukan mengikuti, melainkan menghadiri misa Natal. Namun karena kedatangan mereka mengatasnamakan lembaga yang berafiliasi Islam, tak ayal banyak pihak yang kontra terhadap tindakan mereka. Walaupun tak sedikit juga yang membela sikap toleransi agama yang mereka praktikkan.
Padahal bagi para pemeluk agama yang taat, hari raya menjadi momen tepat untuk memperbaiki hubungan dengan saudara seiman. Hari raya menjadi sebuah simbol pemersatu sebuah agama, dan tidak menutup kemungkinan hari raya menjadi pemersatu umat lintas agama.
(Redaksi majalah IDEA. Pernah dimuat di majalah IDEA edisi 35, Desember 2014)
KOMENTAR