Lusiana Dwi Ariani |
Kisah inspiratif datang dari mahasiswi UIN Walisongo yang satu ini, Lusiana Dwi Ariani, gadis kelahiran Jepara, 09 Januari 1994. Berkat kesukaannya kepada dunia kepemimpinan, mengantarkannya untuk pergi ke Negeri Kangguru, Australia, beberapa waktu lalu.
Perjalanan ke Australia dimulai ketika Ana, sapaan akrabnya, mendapatkan informasi adanya program Student Mobility Program (SM-Pro) 2016, yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Program ini dirancang sebagai kegiatan akademik mahasiswa S1 pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), baik negeri maupun swasta untuk memperoleh pengalaman akademik dari luar negeri.
Sebelumnya, Ana mengaku tidak tertarik dengan program itu. Setelah mendapat pengarahan dan mengetahui adanya materi management and leadership training, membuatnya bersemangat untuk mendaftarkan dirinya. Perjuangan Ana tidaklah mudah, ia harus bersaing dengan hampir 5.000 pendaftar lain dari seluruh Indonesia.
"Melalui program itu, saya ingin mengasah kemampuan kepemimpinan saya," tutur mahasiswa semester lima itu. Setelah melalui seleksi berkas dan interview, Ana akhirnya dinyatakan lolos bersama Siti Fatimah, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Ana dan Fatimah berangkat pada 29 Oktober sampai 5 November 2016 menuju Deakin University, Melbourne, Australia.
Kesukaan Ana pada kepemimpinan karena lewat dunia kepemimpinan ia bisa melatih manajemen diri, serta melihat sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Setelah mengetahui kemampuannya ia bisa belajar membantu mengatur manajemen orang lain maupun kelompok menuju kesuksesan bersama.
"Kata kuncinya adalah knowing yourself (kenali diri mu sendiri)," ungkap dara yang punya hobi traveling, menulis, dan memasak itu.
Selain ke Australia, kesempatan pergi keluar negeri juga pernah ia rasakan di Singapura. Ketika itu ia mengikuti ajang International Traditional Dance competition. Dengan perjalanan ke luar negeri itu ia belajar mengetahui sikap kedisiplinan yang diterapkan di negara-negara tersebut, kesempatan ini menjadi pengalaman terbaiknya sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.
Ia memiliki moto hidup Everything needs process. Nothing is impossible in this world. Brave to dream and make it happens. (Segala sesuatu membutuhkan proses, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, beranilah bermimpi dan buat mimpi itu menjadi nyata).
Sementara itu harapan terdekatnya saat ini adalah menyelesaikan kuliahnya, dengan predikat cumloud. Ia pun menargetkan pada semester tujuh telah menyelesaikan skripsi, sambil mengambil mata kuliah praktikum dan KKN. Setelah itu, ia berkeinginan untuk bisa kuliah di luar negeri, ia memiliki cita-cita bisa bekerja di bidang pemerintahan, mengabdi kepada masyarakat dan negaranya. [Rozikan/Nashokha]
KOMENTAR