![]() |
Ilustrasi |
“Saya senang atas pencapaian saya karena dapat berperan di masyarakat. Saya mampu mengamalkan ilmu yang saya dapat dari kampus langsung kepada masyarakat, sehingga lebih bermanfaat,” tutur Ulum kepada IDEAPERS.com, Selasa (18/10/16).
Lebih lanjut ia beralasan memilih menjadi takmir karena melihat kondisi para aktivis di kampus yang terkadang melupakan ibadah mereka dengan lebih memilih kegiatan organisasi. Berawal dari hal itu ia kemudian memilih menjadi seorang takmir supaya bisa mendekatkan diri kepada Tuhannya.
Sementara itu mahasiswa UIN Walisongo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Eko Kholil, yang menjadi rekan Bahrul Ulum, mengatakan ia sempat merasa canggung dengan kegiatan di musala, karena dia adalah seorang aktivis Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
“Awalnya saya sempat merasa canggung bergabung menjadi anggota takmir, mulai dari sulitnya membagi waktu organisasi dan kuliah. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa dengan kegiatan yang ada di musala,” kata Eko, mahasiswa semester tiga itu.
Eko mengatakan pilihannya menjadi seorang takmir dikarenakan ingin meringankan beban biaya kedua orangtuanya, serta berniat mengabdi di jalan Allah. Di samping itu kata Eko, dengan menjadi takmir ia pun bisa melatih tanggung jawab dan kedisiplinan di musala, karena diberikan tanggung jawab untuk mengurusnya.
Semenjak menjadi anggota takmir di musala, kata Eko, telah banyak pelajaran yang didapatkan. Salah satunya belajar bermasyarakat lewat kegiatan di musala, seperti kegiatan dziba’an dan tahlil, dari situlah ia merasa lebih dekat dengan masyarakat. (Rep. Wawan, Khasanah-calon kru magang LPM IDEA 2016-/Red. Rozikan)
KOMENTAR