![]() |
Salah satu mahasiswa FUHum UIN Walisongo sedang salat di ruang kelas. |
“Keadaan masjid yang tidak nyaman dan bersih, memaksa saya dan teman-teman untuk salat di ruang kelas, karena ruang kelas lebih mendukung kekhusyu’an saat beribadah. Ditambah lagi ruang kelas lebih terfasilitasi karena ada Air Conditioner (AC), serta tidak perlu berdesak-desakan seperti di masjid,” tutur Etika saat diwawancarai kru IDEAPERS.com, Kamis (29/09/16).
Sementara itu, Zuli Muflihatin mengatakan bahwa keamanan di masjid al-Fithroh tidak terjamin. “Saya dengar, selama lima bulan terakhir sudah terjadi dua kali aksi pencurian di Masjid al-Fithroh. Bahkan teman saya dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) turut menjadi korban pencurian, ia kehilangan laptop, dompet, dan buku,” ujar mahasiswi semester lima tersebut.
Lebih lanjut, mahasiswa jurusan Tafsir dan Hadis, Agidea membandingkan antara kampus UIN Walisongo dengan kampus keagamaan lain seperti UIN Sunan Kalijaga dan UIN Maulana Malik Ibrahim yang telah memiliki mushola di setiap fakultas. Ia menilai UIN Walisongo yang menjadi kampus berbasis agama, kalah jauh dibanding dengan Universitas lain yang tidak ada embel-embel agama. Misalnya kampus UNNES dan UNDIP telah memiliki mushola kecil yang medukung kegiatan ibadahnya.
“Saya berharap masing-masing fakultas bisa dibuatkan mushola-mushola kecil yang berdekatan dengan ruang kelas, tidak perlu yang mewah. Ditambah masalah masjid Al-fithroh kini sudah melebihi kapasitas, karena hanya ada satu masjid untuk empat fakultas,” ujar Faiz Selawati, mahasiswi FUHum jurusan Tasawuf Psikoterapi. (Rep. Isma/Red. Nashokha)
KOMENTAR