![]() |
Abdurrahman Ayyub |
Semarang, IDEApers.com - Abdurrahman Ayyub, seorang mantan
teroris dan anggota Jam’iyah Islam (JI), hadir dalam dialog “Penegakkan Hukum
dalam Pencegahan Tindak Pidana Terorisme” di auditorium Kampus I UIN Walisongo
Semarang, Sabtu (30/07/16) pagi.
Abdurrahman Ayyub menceritakan asal
mula dirinya masuk kelompok JI. Ia menyatakan pengetahuan agama yang minim membuat
ia terseret dalam aliran radikal. Sewaktu sekolah dulu Ayyub sedikit mengenyam
pelajaran agama. “Paling seminggu sekali, itu pun kalau gurunya mau masuk,”
tuturnya.
Dahulu, Ayyub melanjutkan
ceritanya, Ayyub berkeinginan kuat untuk mempelajari ilmu agama secara lebih mendalam.
Ia pun bertemu dengan salah seorang anggota JI. Dari situlah Ayyub mengenal
doktrin-doktrin radikal. “Doktrin awal yang saya terima adalah takfiri;
menganggap kelompok lain adalah kafir dan dianggap jahiliyah,” jelasnya.
Ayyub menyakini kebenaran doktrin
atau pun paham yang mereka tanamkan karena bertendesi pada al-Quran dan hadis. Ayyub
mengungkapkan bahwa kelompok radikal itu selalu menyebutkan dalil-dalil
al-Quran.
Pria lulusan SMK Budi Utomo Jakarta
ini, mengaku pernah mengikuti pelatihan militer di Afganistan, mulai tahun 1986
sampai 1992. Di sana, ia belajar strategi perang dan cara merakit bom. Ia juga dipercaya
untuk merekrut anggota baru, alhasil sejumlah gembong teroris pun pernah
menjadi muridnya.
“Amrozi, Imam Samudra, Dr. Azhari
itu murid-murid saya di Afghanistan,” ungkapnya.
Ayyub menghimbau kepada peserta
dialog untuk tidak lengah dalam menghadapi kelompok radikal. Orang yang sudah
masuk anggota akan merelakan segalanya. “Mereka akan rela mendermakan hartanya,
bahkan memutuskan ikatan keluarga. Mereka berpikir radikal dalam segala bidang,
baik agama, ekonomi, maupun ilmu,” jelas pria berkaca mata itu. (Rep.
In/Red. Lee)
KOMENTAR