![]() |
Musyafiq (kanan) memandu jalannya talk show, turut hadir pula Munirul Ikhwan dan Irfan Amali (tengah) sebagai pembicara, serta Imam Taufiq (kiri) sebagai penulis buku al-Qur'an Bukan Kitab Teror |
Semarang, IDEApers.com - Seminar dan bedah buku al-Quran Bukan kitab
Teror, karya Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag. diharapkan menjawab tantangan-tantangan
radikalisme di dunia global, khususnya di Indonesia. Talk show dan bedah buku tersebut dilaksanakan pada
Rabu (20/04) di auditorium kampus satu UIN Walisongo Semarang, bertemakan
Membangun Damai, Menolak Teror.
Dalam sambutannya, Mukhsin Jamil, Dekan FUHum, memberikan komentar bahwa
buku karya Imam Taufiq ini merupakan respon terhadap tiga tantangan radikalisme.
Pertama tentang arti pentingnya toleransi. Kedua, semangat anti
kekerasan yang berbasis pada al-Quran. Ketiga, merupakan kontra narasi
atas konsep kelompok yang dianggap radikal. “Selama ini istilah jihad, khilafah,
atau lainnya, secara naratif dikenali oleh sebagian kaum muslimin sebagai justifikasi
atas tindakan kekerasan,” jelasnya.
Lebih lanjut Dekan FUHum ini menambahkan bahwa dalam menangkal radikalisme
diperlukan beberapa langkah penting. Di antaranya adalah pentingnya tindakan
pencegahan terhadap radikalisme. “Langkah ini harus tetap dilakukan agar
kelompok pro teror tidak berkembang subur di masyarakat,” terang Mukhsin.
Langkah selanjutnya, imbuh Muksin, adalah melakukan reedukasi terhadap para
pelaku atau orang-orang yang pernah terlibat dengan kekerasan. Sehingga mindset
orang-orang yang pro kekerasan bisa berubah dan bertransforamasi menjadi pro
kedamaian. “Di samping itu, kita harus melakukan kontra narasi atas radikalisme
dan terorisme,” tutur pria asal Tegal itu.
Dengan demikian Mukhsin menilai bahwa karya Imam Taufiq memiliki arti penting bagi kontribusi perguruan tinggi,
dalam rangka terus menerus mencegah terorisme, melakukan reedukasi, dan kotra
narasi bagi gerakan-gerakan teror. “Semoga karya Pak Imam bisa diikuti oleh
yang lain,” kata Mukhsin mengakhiri sambutannya.
Bedah buku ini mengahadirkan dua pembedah Dr. Phil. Munirul Ikhwan, Lc, MA,
pakar Tafsir Alumnus Al-Azhar, Leiden University dan Frei Universitas Berlin
serta Irfan Amali, founder Gerakan Peace Generation Jakarta. Turut hadir
dalam acara tersebut Musahadi, Wakil Rektor I UIN Walisongo, guru besar, dosen,
ratusan civitas akademik UIN Walisongo Semarang. [Ojay/Sholihin]
KOMENTAR