![]() |
Suasana ketika diskusi kru LPM IDEA berlangsung. |
Semarang, IDEApers.com – “Radikalisme sebagai salah satu pemikiran yang positif, mampu mengantarkan seseorang untuk bisa mencari tahu apa makna yang ada dari peristiwa yang terjadi. Sehingga seseorang tidak mudah menyalahkan kelompok lain,” terang Nur Laila Lutfia, pemateri dalam diskusi “Radikalisme dan Media Massa”, yang diadakan LPM IDEA (27/04).
Lebih lanjut Laila mengungkapkan bahwa radikalime memiliki dua pandangan, bisa positif juga negatif. “Tergantung siapa yang mendefinisikannya,” tutur dara asal Kendal itu.
Sebenarnya, sambung Laila, Radikalisme tidak hanya dipandang sebagai sebuah tindakan selalu menjurus pada kekerasan. Radikalisme bisa saja digunakan untuk memperbaiki pola pikir seseorang yang masih awam, atau berpola pikir tekstual. “Seseorang yang hanya mengacu pada teks saja, akan lebih banyak menyalahkan dibandingkan membenarkan,” katanya.
Taufiq Hidayat, salah satu peserta diskusi, mengungkapkan bahwa radikalisme bisa dipengaruhi oleh teman yang ada. Menurutnya, media massa selama ini belum berpengaruh besar terhadap sumbangsih timbulnya radikalisme. “Media hanya sekadar memberikan informasi sepintas,” nilai Taufiq.
Pernyataan itu didukung oleh Qorina, ia mengatakan bahwa seseorang tidak akan mampu berpikir radikal hanya dengan melihat media massa saja. “Hal lain yang lebih berpotensi menimbulkan radikalisme adalah pergaulan dengan teman, serta bagaimana ia mendapatkan pendidikan dan doktrin radikal,” jelas Qorina ketika diwawancarai di kantor LPM IDEA usai diskusi.
Ia menambahkan, setiap orang harus menjaga dirinya dari pengaruh yang tidak baik. Orang tua pun harus berperan sebagai payung yang dapat melindungi anaknya dari berbagai pemikiran yang diserap ke dalam otak sang anak. “Dengan demikian diharapkan sang anak akan menemukan pemahaman yang tepat,” pungkas Qorina. [Rozikan]
KOMENTAR