Judui buku : Syarah al-Hikam Penulis : K.H. Sholeh Darat Penerjemah : Agustin Ulum dan Agustin Mufarohah Penerbit : Sahifa Tahun terbit : 2016 Peresensi : Abdi Pribadi |
“Sesungguhnya yang menjadikanmu bersusah hati karena tidak adanya pemberian, itu karena engkau tidak memahami
pemberian Allah”.
Kutipan dari buku Syarah Al-Hikam karya K.H.
Sholeh Darat itu menunjukan bahwa, adanya kenikmatan dari kesusahan dan
kepedihan yang dihadapi manusia.
Buku penggugah keikhlasan, ketawakkalan, serta selalu berprasangka baik kepada Tuhan ini awalanya ditulis menggunakan aksara pegon. Karya ini ditulis pada tahun 1820-1903 oleh K.H. Sholeh Darat dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agustin Ulum dan Agustin Mufarohah.
Buku penggugah keikhlasan, ketawakkalan, serta selalu berprasangka baik kepada Tuhan ini awalanya ditulis menggunakan aksara pegon. Karya ini ditulis pada tahun 1820-1903 oleh K.H. Sholeh Darat dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agustin Ulum dan Agustin Mufarohah.
Ketika pertama kali membaca buku
ini pembaca disajikan dengan jejak K.H. Sholeh Darat secara singkat, mulai ia
kecil sampai menghembuskan nafas terakhir. Ini membuat pembaca akan leih
mengenali sosok K.H. Sholeh Darat, walaupun tidak mendalam.
Buku setebal 396 halaman ini,
terdapat banyak footnote penjelesan istilah arab yang sangat memudahkan
pembaca memahami tujuan sang penulis. Terlebih, Al Hikam adalah buku
yang notabene berbasis tasawuf dan
terbilang sulit untuk dipahami secara tekstual, namun penjelasan yang diberikan
oleh penulis sangat membantu pembaca memahaminya.
Lebih
dalam lagi, buku ini mengajak pembaca untuk meninggalkan rasa cemas terhadap
keduniaan, seperti harta, rezeki, hawa nafsu, dan hal-hal bersifat duniawi
lainnya. Sehingga manusia hidup dalam kelezatan dan mahabbah (cinta)
pada Tuhan. Ketika manusia cinta dan mengenal siapa penciptanya, maka tak ada
yang ia takuti dalam menjalani kehidupanya.
Sekilas, buku ini tak ayal
seperti bermadzhab Jabariyyah (segala sesuatu sudah diatur oleh Tuhan).
Hal ini bisa dilihat dari awal hingga akhir penjelasan dalam buku ini, yang membahas agar manusia dapat menyembah
kepada-Nya secara total tanpa mengharapkan surga dan takut akan neraka. Surga
diberikan oleh Tuhan bukan semata-mata karena amal perbuatannya, akan tetapi
karena fadhal-Nya, dan manusia dimasukkan ke dalam neraka bukan karena
perbuatannya saja, tapi karena murkanya Allah.
Dalam beberapa penjelasan ada
perumpaan untuk memudahkan memahami arti dari kata-kata tersebut. Namun, ada
banyak kutipan dari Ibnu Atha’illah yang pendek dan dijelaskan terlalu singkat,
sehingga sulit untuk memahaminya. Misalnya pada kutipan berikut, “engkau merdeka dari sesuatu yang tidak engkau inginkan,
dan menjadi budak dari sesuatu yang kau harapkan”. Penjelasan dari kata ini seakan tidak tuntas dan menyisakan tanya besar
bagi pembaca.
Terlepas
dari itu semua, terjemah dari Syarah Al Hikam ini bisa disebut sebagai karya besar, karena menerjemahkan aksara Arab Pegon ke dalam bahasa Indonesia bukanlah perkara mudah. Terlebih begitu banyak varian dan arti
dalam bahasa Jawa ketika dialihkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun, apabila penulis lebih banyak memberikan
analisisnya untuk menambahi penjelasan yang masih samar akan menjadikan buku
ini renyah dan mudah untuk dipahami pembaca. [Abdi]
KOMENTAR