Peserta Kemah Sastra Sedang Foto Bersama Usai Acara. (Foto: Fahmi) |
“Alam sebagai Sumber
Intuisi” diangkat sebagai tema utama Kemah Sastra di kebun Teh Medini,
Limbangan, Kendal, (1-3/05). Acara yang berlangsung selama 3 hari itu diadakan
oleh Komunitas Lereng Medisi Semarang.
Selain untuk menegaskan
bahwa alam merupakan sumber intuisi, inspirasi atau pengetahuan bagi manusia,
acara yang dikemas sederhana itu bertujuan untuk merubah sudut pandang, bahwa
kajian dan diskusi sastra hanya dilakukan oleh orang-orang elit di
gedung-gedung mewah yang bersifat eksklutif.
“Acara ini merupakan suatu
langkah untuk merubah anggapan pada umumnya,” kata inisiator sekaligus
pembimbing Komunitas Lereng Medini Sigit Susanto.
Acara tersebut diadakan di
salah satu barak penginapan yang ada di sekitar area perkebunan teh di Medini
dengan tampilan yang sangat sederhana. Tak terlihat karpet mewah untuk menutupi
lantai.
Koordinator Komunitas
Lereng Medini Heri Chandrasantosa menjelaskan, acara tersebut diselenggarakan
untuk menyambung tali persaudaran yang bersifat spiritual dengan menyediakan
alternative tempat di alam berbuka untuk
proses kreatif dan belajar sastra, serta sebagai tempat berkumpul sastrawan-sastrawan
dari berbagai daerah.
Dia menambahkan, kegiatan
ini merupakan rangkain Parade Obrolan Sastra ke-8 di tahun ini. Parade Obrolan
Sastra sudah berlangsung sejak tahun 2008 dengan format diskusi sastra dan
budaya selama sepekan berturut-turut.
“Untuk tahun ini kemah
sastra merupakan variasi dari kegiatan Parade Obrolan Sastra. 3 hari di Kemah
Sastra dan 4 hari di Pondok Maos Guyub, sebagai secretariat Komunitas Lereng
Medini," katanya.
Selain Kemah Sastra,
komunitas ini juga merealisasikan pembuatan pustaka baca untuk warga khususnya anak-anak kecil. Sigit
mengatakan, gagasan tersebut berawal dari rencana pembuatan banguan
perpustakaan kecil. Karena sulinya prosedur izin pembangunan, akhirnya mereka
baru dapat merelisasikan pembuatan rak buku yang dapat dipindah-pindah setiap
saat.
Kemah Sastra diikuti oleh
mahasiswa dari berbagai universitas diantaranya, Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas PGRI Semarang (UPGRIS),
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Universitas Muria Kudus
(UMK), Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Universitas
Diponegoro (Undip) Semarang. Selain itu, mereka berasal dari beberapa komunitas
budaya, jurnalis kampus dan sebagian atas nama pribadi.
Acara
itu diisi oleh sastrawan dari berbagai daerah seperti Korrie Layan Rampan Kutai
Barat, Martin Alaida jakarta, Yahya Tirta Prewita dari Purwantoro dll.
Antusias peserta untuk
mengkuti rangkaian acara cukup membanggakan. "Menurut saya peserta
merupakan sastrawan militan, pasalnya tidak mungkin dengan kondisi cuaca yang
kurang baik, rute yang buruk dan spontanitas peserta merespon dengan pertanyaan
kepada para Narasumber yang kami hadirkan,” ungkap Sigit.
[Fahmi/Idea]
KOMENTAR