![]() |
Rikza (jaket hitam) ketika menjadi presentator dalam Kongkow HMJ-TH (Arif-IDEA) |
Semarang-IDEAPers.com-Rabu (12/3), “Masyarakat muslim
dewasa ini hanya merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka
dalam memperkuat arguemen teologi maupun syari’at. Hal ini menimbulkan
kemandegan pada umat islam itu sendiri.” Hal ini disampaikan oleh Muhammad
Rikza Muqtada ketika mengisi acara Kongkow Himpunan Mahasiswa Jurusan Tafsir
Hadits (HMJ-TH) Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo semarang.
Kongkow yang bertempat di depan gedung F Fakultas Ushuluddin
itu dihadiri 20 mahasiswa Ushuluddin. Acara rutinan HMJ-TH Rabu sore itu membedah sebuah
tesis berjudul “Kritik Nalar Hadits Zakaria Ouzon”, yang merupakan karya Rikza sendiri.
Rikza memaparkan tentang perlunya menela’ah kembali
teks-teks hadits, walaupun itu shahih. Tidak hanya dengan metode takhrijul
hadits, namun juga menggunakan pendekatan filasafat untuk meneliti hadis.
Dalam hal ini, pria asal Kudus menambahkan, bahwa dengan
menggunakan metode Zakaria Ouzon, maka pemahaman hadits akan lebih mendalam.
“Dengan
metode-metode semacam ini, saya berharap untuk ke depannya bisa mengurangi
ketergantungan umat terhadap teks tanpa telaah ulang. Walaupun belum diketahui
secara mendalam tentang biografi seorang Zakaria Ouzon, namun ia termasuk produktif
dengan 12 karyanya. Karena, dalam dunia akademisi, kita melihat bukan siapa dia
tapi bagaimana pemikirannya,” imbuh lulusan s2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ini.
Rikza juga menegaskan bahwa tokoh yang dibahasnya ini
mempunyai model kritik yang lebih mendalam dibanding jarh wa ta’dil
(salah satu metode kritik hadis). “Kritik
Zakaria Oezon mempunyai 7 model, yaitu, kritik
logika, kritik teks, kritik sosisal budaya, kritik historis, kritik
psikonalisi, kritik analitik empirik, dan kritik sosio-politik,” jelasnya.
Di akhir presentasinya, Rikza menyimpulkan bahwa Zakaria Oezon tidak membedakan antara sunnah
dan hadits. “Baginya, hadits merupakan laporan atau berita (khabar) atas
kehidupan dan kreatifitas Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi persoalan di masa
itu, baik berupa laporan mengenai perkataan, perbuatan maupun ketetepan Nabi,”
pungkasnya. (Arif-IDEA)
KOMENTAR