Penampilan Teater Mimbar dalam acara Sajak Purnama ke-22 Teater Metafisis di Aula Gedung Q Kampus II, Sabtu (14/12/24). |
Semarang, IDEAPERS.COM - Teater Metafisis Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo Semarang mengadakan Sajak Purnama ke-22 di Aula Gedung Q Kampus II, Sabtu (14/12/24).
Acara bertajuk "Manusatwa" ini membahas terkait kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi beberapa waktu belakangan. Hal ini dibenarkan oleh ketua panitia, Nurasyilla Rahmadani Zultyanti.
"Keresahan kita kaya kasus pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan dan sebagainya," ujar mahasiswa prodi Tasawuf dan Psikoterapi (TP) itu.
"Judulnya juga kita ambil dari bahasa sansekerta manusa dan satwa. Sengaja kita sandingkan bersamaan, karena keresahan tersebut menggambarkan manusia yang seakan sama dengan hewan," lanjutnya.
Mahasiswa asal Kepulauan Riau itu mengungkapkan, persiapan sajak purnama terdapat kendala selama satu bulan persiapan. Namun kata dia, masih bisa diatasi.
"Karena metafisis bulan ini lumayan sibuk, ada beberapa persiapan juga seperti musik, kemarin juga ada lomba monolog di Bali, isi musik jadi terpecah. Tapi sejauh ini masih aman," ungkapnya.
Syilla berharap, Sajak Purnama berjudul "Manusatwa" ini menjadi salahsatu bentuk intropeksi diri bagi mahasiswa supaya menggunakan hati nurani dan pikirannya sebagai manusia yang sesungguhnya.
"Temen-temen bisa intropeksi diri dari hal-hal kecil yang kita anggap sepele yang sebenarnya berdampak ke lingkungan. Juga agar tidak disamakan dengan hewan," ungkap mahasiswa semester tiga itu.
Disisi lain, Lurah Metafisis, Naufal Risqi Herdiansyah, mengungkapkan jumlah peserta yang hadir pada acara tersebut sekitar 70 dari beberapa fakultas dan beberapa teater di luar kampus.
"Ada dari Teater Momento Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK), Beta dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Genesha dari Saintek, Mimbar dari UKM Univ, ada juga dari UNDIP," paparnya.
Baca Juga : 'Aksarasa' Suguhan Baru Sajak Purnama ke-21 Teater Metafisis
Selanjutnya, salah satu penampil dari teater mimbar, Tyas (nama samaran) mengungkapkan perasaannya saat ditunjuk h- 2 jam acara.
"Enggak nervous sih pas awal, tapi lama puisinya jadi aku menyesuaikan karena ekspresi cuma satu, nangis. Biar gak bosen jadi diam, nangis, gitu terus," tuturnya.
Mahasiswa asal Lamongan itu menceritakan, puisi yang dibaca berisi tentang seorang perempuan yang dieksploitasi. Ia berharap, lanjut Tyas, semoga kasus-kasus seperti yang diperankan bisa berkurang bahkan terhenti.
"Hanya menempatkan diriku jika jadi korban. Yah, pak lurah juga bilang (Red. Lurah mimbar) barang kali harapan juga jadi bagaimana kita mengekspresikannya," pungkasnya. (Rep. Ayu Sugiarti/Red. Zaqia)
KOMENTAR