Selain tempat untuk melihat senja, mahasiswa sering menghabiskan waktu di Juras hingga sampai malam, moment seperti itu pun dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa untuk berjualan.
Hal itu pun dilakukan oleh mahasiswa semester tiga, Galang Aji Saputra, ia sendiri mengaku awalnya sangat aktif dalam berorganisasi. Namun, ketika ia awal-awal menjadi mahasiswa tampaknya sangat bersemangat untuk mengikuti organisasi internal maupun eksternal kampus.
Namun, Ketika ia terdesak dengan kebutuan pangan setiap hari, ia pun mencoba keluar dari situasi tersebut, langkah perlahan-lahan pun ia lakukan, dirinya mencoba mendiskusikan dengan teman-temanya terkait keinginannya untuk berjualan.
Ia mengaku, banyak dari teman-temannya yang mendukung Galang untuk berjualan, hingga dirinya pun mencoba memulai berjualan di Juras dekat kampus tiga. Menurutnya pekerjaan sampingan ini sangat membantu dirinya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Motivasinya sebelumnya dari teman-teman saya sudah ngomong sama teman-teman trus banyak yang dukung dari saya ingin buka usaha ini yang membuat saya termotivasi untuk ini (jualan) dan juga untuk tambah-tambahan uang jajan”
Kemudian, ia pun menceritakan keinginannya berjualan di Juras, Sebagian besar mahasiswa ketika sore hari banyak berkumpul di Juras, hal itulah yang membuat dirinya memanfaatkan peluang untuk berjualan di sana.
Bahkan, menjelang malam pada saat mahasiswa melakukan pembubaran diri di sana, kesempatan lain pun tidak ingin dirinnya sia-siakan. Ia mengatakan, melanjutkan berjualan di depan kampus III UIN Walisongo. Meski sudah malam, ia sempat mengaku justru lebih ramainya Ketika pada saat malam hari.
“Ini saya sore di Juras, kalo habis maghrib paling didepan UIN Walisongo lanjut sampai jam sepuluh-an hingga tutup gerbang, malah ramainya saat malam sih biasanya para Go-Jek sedang nongkrong”
Hal yang sama juga dialami oleh mahasiswa prodi Sosiologi sesmester lima, Wijayanto, dirinya pun Bersama ketiga temannya juga bekerjasama untuk berjualan di Juras, awalnya, ia Bersama teman-temannya mengira ramainya mahasiswa di Juras, menjadi peluang besar untuk berjualan di sana.
Hal tersebut dibuktikan oleh ketiga temannya, peluang berdagang di sana ternyata sangat diminati oleh Sebagian besar mahasiswa. Lantaran ramainya mahasiswa di Juras, momentum itupun menjadi semangat ketiga mahasiswa tersebut untuk berjualan dan mengisi waktu luang.
“Mengisi waktu luang, kepikiran untuk berjualan, ingin cari suasana berjualan, untung tidak dipikirkan si mas karena kami juga berjualan bertiga jadi untung juga dibagi 3, sisanya untuk berjualan lagi,”
Namun, proses yang selama ini ia tekuni ternyata tidak seperti apa yang diharapkan, seperti pengakuan Wijayanto, ia sempat ditegur dan diminta untuk memberikan informasi pribadi kepada pihak keamanan kampus UIN Waslingo.
“Waktu itu ditanyain ‘ini siapa yang punya jualan?’ditanyain nama, jurusan, terus ditanyain ‘udah dapat izin belum jualan disini?’ kan saya diem ya mas, saya juga tidak tahu boleh apa tidaknya, oh ternyata sebenarnya untuk mahasiswa sendiri boleh-boleh saja asal bukan orang luar yang jualan”
Meski sedang berkuliah, Wijayanto dan Galang pun tidak ingin patah semangat dalam mengejar pendidikanya. Menurutnya pekerjaan ini hanya kebutuhan sampingan yang tidak menggangu waktu pembelajaran mereka.
Seperti apa yang meraka inginkan, disaat mereka dalam posisi merantau, keduanya tidak ingin merepotkan para kedua orang tuanya. Semua menginginkan hidup dan kebebasan pada taraf yang dinginkan, disisi lain mereka tidak ingin karir pendidikanya mereka tertinggal.
”kita kan disini kewajiban buat berkuliah, disini saya sendiri buat iseng-iseng maksudnya buat sampingan (tambahan uang) sementara buat membantu orang tua terus juga buat simpanan uang sendiri” Galang
“dimulai dari orang tua sebagai petani dan ingin ada penghasilan tambahan walau sebenanya kebutuhan uang sudah cukup” tandas Wijayanto [Rep. Apito Geger/Red. Ayu Sugiarti]
KOMENTAR