Semarang, IDEAPERS.COM - Dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), UIN Walisongo Semarang, Winarto mendukung adanya kebijakan ujian seminar proposal (Sempro) untuk mahasiswa akhir.
Ia menilai sempro dapat membantu mahasiswa dalam proses penyusunan dan penelitian tugas akhir.
"Sempro membantu mahasiswa mengembangkan ide, merumuskan masalah, menentukan teori dan berlatih presentasi sebelum memasuki fase penulisan," ujar Winarto saat diwawancara Kru IDEAPERS.COM via WhatsApps, Jum'at (20/09/24).
Menurutnya, perubahan kebijakan ujian komperhensif (kompre) menjadi sempro akan memperkuat pemahaman mahasiswa soal penelitiannya. Lebih lanjut, kata dia, sempro dapat membuka kesempatan mahasiswa untuk mengembangkan ide penelitian saat presentasi.
"Mengubah kompre menjadi sempro bisa menjadi ide yang menarik, karena dapat mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan dan mempresentasikan ide penelitian mereka," jelas Winarto.
Meskipun demikian ia mengatakan, baik melalui ujian kompre maupun sempro, pematangan pemahaman mahasiswa terkait materi penelitian menjadi poin yang penting.
"Namun, penting juga untuk memastikan bahwa dasar pengetahuan tetap terjaga agar memahami materi dengan baik, agar mendukung aspek objek formal maupun objek material," terang dosen AFI tersebut.
Di sisi lain, dosen Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT), FUHum, Muhammad Kudhori membeberkan kelebihan dan kekuarangan jika adanya kebijakan sempro bagi mahasiswa. Dengan adanya sempro, kata dia, mahasiswa akan lebih matang dalam materi penelitian lantaran sudah diujikan sebelumnya.
"Kelebihannya itu bahwa seminar proposal lebih menguatkan sebelum lanjut ke bab 2,3 dan 4 juga seminar proposalnya itu udah jalan maka tidak ada lagi ujian," jelas Kudhori.
"Kekurangannya bahwa seminar proposal nantinya akan menyulitkan mahasiswa tingkat akhir," imbuhnya.
Meski demikian, ia mengatakan ujian kompre selama ini menjadi tolak ukur mahasiswa atas pemahaman pengetahuan jurusannya.
"Tentang keilmuwan prodi merupakan tujuan kompre yaitu untuk mengetahui kemampuan mahasiswa mahasiswa dalam progam studi ilmu Al-Qur'an dan tafsir," ungkapnya.
Untuk itu, ia mengungkapkan, beberapa dosen FUHum masih ingin mempertahankan adanya ujian komprehensif untuk menguji pemahaman mahasiswa terkait keilmuan dasar prodinya.
"Tentang keilmuan prodi merupakan tujuan kompre. Kemudian kompre itu ditiadakan mensekrinya itu kesulitan bagaimana untuk mengetahui dosen bagaimana paham atas dasar dasar keilmuan prodi-prodi," pungkasnya.
Atas dasar tersebut, ia mengatakan perubahan ujian kompre menjadi ujian Sempro masih belum final dan masih melalui beberapa pertimbangan.
"Tapi ini putusannya belum final, jadi nanti jawabnnya masih dikaji plus minusnya, mana yang lebih efektif dan tidak menghambat kelulusan mahasiswa, itu yang paling penting," ujar dosen FUHum tersebut.
Sebelumnya diberitakan di IDEAPERS.COM, terdapat isu perubahan ujian kompre menjadi sempro pada Bulan Juli beredar di prodi IAT, FUHum, UIN Walisongo Semarang.
Berdasarkan pesan yang beredar di grup angkatan jurusan IAT 2021 pada (11/06/24), perubahan dari kompre ke sempro tersebut diisukan akan dilakukan untuk tahun depan.
"Dapet info dari Pak Kudhori kalau kompre enggak selesai semester ini, maka semester depan sudah tidak ada kompre lagi tapi diganti dengan sempro bagi yang semester ini dapet kompre segera selesaikan yah guys, keburu semester depan diganti sempro," menurut screenshoot chat yang beredar. [Rep. Alivia Aisha/Red.Zaqia]
KOMENTAR