![]() |
Kondisi perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, pintu tertutup dan tidak ada kegiatan mahasiswa di depan perpustakaan tersebut, Selasa (21/11/23). |
Seperti yang dialami salah satu mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), Muhammad Adika Arifin ketika mengunjungi perpustakaan FUHum Kampus II. Ia menilai perpustakaan tersebut belum memiliki koleksi buku terbaru dibandingkan dengan perpustakaan pusat di kampus III.
"Sejauh ini jika (perpustakaan) dikatakan lengkap tapi tidak update, sekilas saya berkunjung ke perpus FUHum ini saya lihat sudah banyak buku-buku yang sudah lama. Dan dari semua perpus di UIN yang paling update hanya di Perpus Pusat," ujar Dika, sapaan akrabnya, saat diwawancarai oleh Kru IDEAPERS.COM, pada Jumat (17/11/23).
Senada dengan Dika, mahasiswi IAT, Delintang Okta turut menanggapi kelengkapan buku di perpustakaan Fakultas. Ia menceritakan pengalamannya yang kesulitan menemukan kitab tafsir klasik.
"Soalnya saya kan dari IAT, saya mencari kitab-kitab itu masih kurang, kayak tafsir yang klasik-klasik itu. Lengkapnya hanya di perpus kampus 3," tuturnya saat diwawancarai, pada Jumat (17/11/23).
Di sisi lain, mahasiswi Akidah dan Filsafat Islam (AFI), Laila Taqiyatul Hana menanggapi perpustakaan FUHum secara penataan klasifikasi buku dan kondisi fisik buku yang tidak layak.
"Kekurangannya menurut aku dari segi penataan dan pengelompokan buku yang kurang rapi, kelayakan buku dan rak buku soalnya udah pada banyak yang dimakan rayap, " pungkas Laila.
Status Perpustakaan FUHum Kini Beralih Fungsi
Menanggapi keluhan mahasiswa soal kelengkapan dan kelayakan buku perpustakaan FUHum, Kru IDEAPERS.COM menghubungi Eko, selaku penanggung jawab perpustakaan Fakultas.
Sejak 2020, kata dia, seluruh perpustakaan di UIN Walisongo harus terintegrasi dengan perpustakaan Universitas (General Library) Kampus III. Hal itu, lanjutnya, menyebabkan status perpustakaan Fakultas, khususnya FUHum beralih fungsi menjadi sebatas ruang baca atau ruang kerja.
"Fungsinya sebatas sebagai ruang untuk ruang mahasiswa kita yang mau membaca di sana, mau membaca buku-buku referensi yang ada di fakultas yang ada di FUHum itu," sambung Eko.
Terkait keberadaan buku yang tidak layak, kata dia, pihaknya bermaksud untuk menyimpannya saja lantaran tidak memiliki ruang penyimpanan buku lagi.
"Memang referensinya sangat terbatas karena referensi yang lengkap itu ada di perpustakaan pusat (Kampus III), buku-buku yang rusak itu juga, memang seharusnya sudah disimpan saja. Tapi karena memang tidak ada tempat untuk tandon buku, tandon buku lama ya memang masih display di ruang baca itu di perpustakaan FUHum, memang begitu keadaanya," ungkapnya. [Rep. Asha, Arun/Red. Ayu]
KOMENTAR