Doc.ideapers.com |
Pernyataan itu dibenarkan oleh mahasiswa FUPK angkatan 2021, Fadhil Watoni yang juga menganggap TA berbahasa asing itu beban baginya. Pasalnya, kata dia, fasilitas program penunjang Program Khusus (PK) seperti kelas unggulan berbahasa Arab dan Inggris sudah tidak ada.
"Kita masih dibebani dengan tugas akhir yang harus pake bahasa asing sedangkan bahasa kelas hariannya malah make bahasa biasa dan juga nggak ada pengembangan bahasa untuk mahasiswa PK, masa kita make translate terus," tegasnya saat di wawancarai oleh Kru LPM IDEA, pada Senin (23/10/23).
Baca Juga : Dekan FUHum Sebut Kini FUPK Sudah Tidak Merujuk Esensi Awal
Selain itu, Fadhil mengatakan mahasiswa FUPK juga masih dibebankan dengan hafalan Al-Qur'an sebanyak 4 juz dan 100 hadits. Dia menilai hal itu tetap diberlakukan untuk menjaga citra FUPK.
"Dan lagi, kita masih dibebani dengan hafalan 4 juz 100 hadist. Kalau mahasiswa biasa kan 1 juz 40 hadis, padahal PK nya udah bubar, ini mungkin karena untuk menjaga citra PK," jelas Fadhil.
Fadhil pun mengungkapkan bahwa dirinya merasa tugas yang dibebankan ke mahasiswa FUPK itu tidak adil. Dia juga menyampaikan, pernah beberapa kali mengajukan keberatan itu ke pimpinan, namun belum mendapat respon hingga saat ini.
"Kita merasa enggak dapat keadilan kan, dan kita udah mengajukan ke pimpinan, kajur IAT pak mundhir, lalu ke dekan beberapa kali tapi jawabannya ya harus tetep begitu aja, mugkin harus nunggu dekannya ganti atau gimana. Lalu karena sudah beberapa kali pengajuan temen-temen jadi udah biarin aja wes," papar dia.
Baca Juga : Pasca Asrama Dialihfungsikan, FUPK Tidak Ada Kegiatan Penunjang Bahasa
Di lain sisi, Ayu Fauziah, mahasiswa FUPK angkatan 2021 menyampaikan bahwa tanggungan hafalan hadits sudah mendapatkan keringan. Namun, dia juga menyayangkan TA mahasiswa FUPK masih belum diringankan dan masih harus berbahasa asing.
"Tadinya kan yang PK itu syaratnya 100 hadits sedangkan reguler 40 hadits. Nah sekarang syarat PK disamakan dengan mahasiswa reguler cuma 40 hadits saja" jelasnya saat di wawancara kru IDEAPERS.COM, pada Rabu (25/10/2023).
"Sebenernya kita juga udah pernah mengajukan keringanan (ke pimpinan FUHum), terkait tugas akhir berbahasa asing, sampai semua kewajiban kita di FUPK karena ya ga sepadan sama fasilitas yang kita dapat," lanjut Ayu.
Sedangkan mahasiswa FUPK dari angkatan 2020, Hasnah (bukan nama asli) menyebut TA berbahasa asing masih belum mendapatkan kepastian. Dia pun mempertanyakan kejelasan TA soal apakah masih pakai berbahasa asing meskipun tidak ada lagi fasilitas penunjang bahasa seperti sebelumnya.
"Kalo untuk tugas akhir kita juga masih simpang siur ya belom ada kepastian," katanya, saat diwawancara, pada Kamis (26/10/23).
"Tapi kalo kata kating-kating FUPK yang dulu itu mereka dapat fasilitas kayak pembelajaran kayak bahasa, tapi nyatanya yang angkatan kita itu udah enggak ada, jadi akhirnya kita cari kepastian dari fakultas untuk support bahasa kita aja gak ada, nah masa kita tugas akhirnya harus sama dengan FUPK sebelumnya gitu?" sambung dia.
Sedangkan terkait hafalan, Hasnah menilai jumlah hafalan FUPK saat ini juga masih tidak jelas. Pasalnya, dia menyebut tanggungan hafalan dirinya dan teman-teman FUPK lainnya berbeda.
"Untuk hafalan, nyatanya sekelas beda-beda, itu tergantung wali dosen masing-masing. Ada yang 4 juz 100 hadist, ada yang nego 40 hadits kaya kelas reguler. Terus ada yang 100 hadits 2 juz. Intinya FUPK yang sekarang gak jelas banget," kata Hasnah. [Rep. Kiki, Jahid/Red. Ayu]
KOMENTAR