"Dulu FUPK ada fasilitas tempat tinggal. Terus ada kegiatan pembelajaran buat menunjang kebahasaan, sekarang udah gaada," jelas Mazda Falah Mahasiswa FUPK angkatan 2021, Mazda Falah.
Senada dengan Falah, Khairur Rifki, mahasiswa FUPK angkatan 2019 juga mengungkapkan kekecewaanya setelah asrama dialihfungsikan. Pasalnya ia mengatakan mahasiswa angakatan 20 dan 21 tidak mendapatkan kegiatan penunjang FUPK.
"Asrama malah dibubarkan itu kan jadi keresahan tersendiri, amat disayangkan sekali. Apalagi angkatan 21 dan 20 itu juga kasian, soalnya katanya kan awal-awal di FUPK taunya nanti ada pengembangan bahasa dan lain sebagainya tapi sampai saat ini enggak ada," ungkapnya.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sekretaris Jurusan (Sekjur) Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT), Shihabuddin, bahwa kegiatan penunjang FUPK tidak lagi ada. Namun ia mengatakan, tetap adanya apresiasi bagi mahasiswa berprestasi.
"Kita tetap menjaga kualitas kelas internasional ini, secara otomatis kita sebetulnya sedang menjaga dan mencoba untuk agar mahasiswa tetap bisa berprestasi," jelas Shihab.
Di sisi yang lain, Falah mengungkapkan keberatannya akan tuntutan mahasiswa FUPK yang masih sama meskipun tidak ada kegiatan penunjang.
"Kami dituntut belajar pakai bahasa asing apalagi skripsi, munaqosah juga pakai bahasa arab, hafalan 4 juz dan 100 hadis. Gimana mau lulus cepet kalau kita cuma dibebani tapi nggak dapet penunjang apa," ungkap Falah kepada Kru IDEAPERS.COM pada Selasa, (20/09/21).
Lebih lanjut ia mengatakan mahasiswa FUPK yang saat tinggal di pondok Al-Azzam, Gondoriyo juga melakukan msuyawarah terkait kejelasan FUPK. Namun ia mengatakan belum menemukan titik terang.
"Kejelasan FUPK itu suram sejak penggusuran asrama. Kita di sini juga udah musyawarah kayaknya enggak bisa dilanjutkan. Mungkin semester depan mau mencar dengan kelasnya sendiri-sendiri," ujarnya. [Rep. Dian/Red. Gita]
KOMENTAR