Potret Ketua Planetarium, Ahmad Syaiful Anam saat diwawancarai Kru IDEAPERS.COM di Kantornya, pada Selasa (21/03/23). |
Ketua Planetarium, Ahmad Syaiful Anam menyampaikan UIN Walisongo menjadi salah satu titik rukyatul hilal bersama 17 titik pengamatan lainnya di wilayah Jawa Tengah.
Katanya, hasil dari rukyatul hilal akan dilaporkan kepada Kementerian Agama (Kemenag) provinsi Jawa Tengah.
"Hasilnya akan kita sampaikan kepada badan Hisabuyat kementerian agama di pusat, karena itu akan menjadi bahan dari sidang kementerian agama kapan satu ramadan, karena ada 124 titik harus melaporkan ke kementerian agama. Apapun yang terjadi, mau berhasil atau tidak, itu kewajiaban kita," jelas Ahmad saat diwawancarai kru IDEAPERS.COM di gedung Planetarium, pada Selasa (21/03/23).
Sebelum Rukyatul hilal dilaksanakan, kata dia, acara akan dibuka secara seremonial dengan beberapa sambutan dari pihak bersangkutan. Pembukaan digelar di gedung Planetarium lantai 2.
"Ada seremonialnya, misalnya sambutan dari kanwil jawa tengah, dari rektorat, mungkin dari panitia, baru setelah itu ada penjelasan astronomis tentang gimana tuh hilalnya, dijelaskan kemudian kita simulasi kan. Simulasi selesai baru rukyah benerannya. Dalam hari yang sama, sesaat sebelum rukyah itu dimulai," terangnya.
Ia menambahkan, simulasi hilal di UIN Walisongo berbeda dengan titik rukyatul hilal di tempat lain. Umumnya, rukyat hilal hanya menyiapkan teropong untuk pengataman.
"Menariknya di Walisongo memiliki tambahan yaitu ada namanya simulasi situasi hilal, justru di planetarium itu yg nggak ada di rukyah tempat lain. Tapi di kita ada proses awalnya bagaimana mensimulasikan hilal di planetarium, jadi orang diajak untuk mengetahui secara simulatif," tuturnya.
Ahmad menjelaskan, simulasi ini bertujuan agar pengamat dapat lebih mengenal objek hilal itu sendiri. Ia juga turut berharap kegiatan ini bisa menambah pengalaman dan pengetahuan pengamat.
"Semakin menambah aspek pengetahuan tentang apa yang dilihat itu di mana, seperti apa, bentuknya apa, bagaimana kondisinya di lihat lebih detail sehingga menambah pengetahuan kepada observer dalam menggambar situasinya lebih detail," katanya.
"Harapannya jadi lebih paham dan akhirnya lebih bisa tidak salah tebak, tidak salah lihat, dan segala macam. Karena potensinya bisa saja, karena benda yang sangat jauh dari mata manusia, bisa jadi kalau tanda pengetahuan yang bagus jadi salah, untuk mereduksi itu kita bisa kita simulasikan," lanjut Ahmad.
Sehari sebelum Rukyatul Hisab, Ahmad menyebutkan persiapan acara sudah 80 persen baik persiapan teknis maupun non teknis.
Ia menjelaskan persiapan teknis berupa pengecekan perangkat yang akan digunakan dalam kegiatan simulasi, seperti teropong hingga kursi peserta acara.
"Pertama ada persiapan teknis ya, berupa mengecek beberapa kesiapan alat teropong terutama. Nanti seperti apa yang kita gunakan besok, bagian yang tidak terpisahkan untuk observasi hilal itu sendiri," jelasnya.
"Selain itu, kita pake dua layar besar juga, untuk melihat apa yang diteropong divisualisasikan melalui tv layar besar. Jadi kita lihat data-data semuanya di sini. Itu kita persiapakan, kita lihat dulu, kita evaluasi dari awal. Itu yang teknis, termasuk yang didalamnya ada yang sifatnya teknis tapi tersiernya, ada kursi, kemudian beberapa perangkat lain yang kita siapkan, " sambungnya.
Adapun persiapan non teknis, lanjut dia, berupa pengamatan cuaca hingga data astronomi hilal yang akan menunjang kegiatan simulasi.
"Kemudian persiapan non teknisnya kita pengamatan. Misalnya cuaca, kemudian menghitung hisab, data astronominya hilal itu sendiri. Kemudian menyiapkan beberapa data-data terkait yang mungkin bisa kita gunakan membantu secara umum kesuksesan acara besok," ungkapnya.
Kegiatan simulasi hilal ini, kata Ahmad, disiapkan oleh tim Rukyatul Hilal yang terdiri dari 20 mahasiswa magang di Planetarium dan sejumlah asisten lab (asleb).
Tim Rukatul Hilal akan membantu dalam memasang 4 teropong utama serta 5 teleskop. Ahmad mengatakan perangkat itu merupakan pinjaman dari kantor Kementerian Agama Kanwil Jawa Tengah.
"Rukyah nanti di bantu oleh temen-temen yang sudah magang posisinya saat ini, sehingga mereka membantu dalam proses observasi," ujarnya.
Ia menambahkan, mahasiswa magang di planetarium terdiri dari berbagai jurusan yang rata-rata berasal dari jurusan Ilmu Falak dan Fisika.
"Cuman kita arahkan ke yang lain, karena kita memiliki beberapa wilayah ya mulai observer, astro-fotografer, kemudian narator planetarium, operator, dan juga kemampuan back office yang lain. Kita punya 20 anak magang di tambah asleb, asisten lab yang juga kita punya juga," paparnya.
Terakhir, Ia menyampaikan hasil Rukyatul hilal masih perlu melihat banyak pertimbangan situasi. Katanya faktor cuaca juga bisa menjadi penghalang dalam pengamatan hilal.
"Jangan-jangan besok hujan, jangan-jangan mendung, jangan-jangan kita belum tahu situasi yang terjadi di besok hari. Walaupun kita ada forecast-nya tentang prediksinya, tapi kita belum bisa menghasilkan mendahului kehendak Tuhan," tuntasnya.[Rep. Riska/Red. Dian].
KOMENTAR