Semarang, IDEAPERS.COM - Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Hasyim Muhammad resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam sidang senat terbuka di Gedung auditorium II Kampus 3 pada, Rabu (15/3/23).
Pada kesempatan ini, Hasyim yang telah diangkat menjadi profesor menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman".
Dalam orasinya ini, Hasyim menekankan bahwa pemikiran Islam masih terbelenggu oleh ortodoksi. Ia menambahkan, belengggu itu disebabkan melemahnya kajian Filsafat dalam khazanah keilmuan Islam.
"Melalui kajian filsafat pula khazanah keilmuan Islam dikembangkan, sehingga melahirkan disiplin ilmu baru seperti tafsir, nahwu, fikih, kalam dan lain-lain. Tanpa bantuan filsafat, ilmu keislaman akan lumpuh, karena sulit untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru untuk menjawab persoalan-persolan baru yang muncul di masyarakat." Jelasnya.
Selanjutnya, Hasyim menjelaskan sejak abad ke-13 peradaban Islam mengalami stagnasi. Akibatnya, peradaban Islam tertinggal jauh oleh peradaban barat yang terus diwarnai dengan pemikiran baru serta beragam kreativitas.
"Pada akhirnya, peradaban Barat berhasil menyusul bahkan mengungguli bangunan peradaban Islam yang sebelumnya menjadi mercusuar. " Ungkapnya.
Lebih lanjut, Dosen FUHum ini menyinggung watak ulama belakangan yang terlahir dalam budaya keilmuan Islam yang dogmatis. Sehingga, Kajian keislaman memiliki kecenderungan yang parsial.
"Menggunakan disiplin keilmuan modern sebagai pendekatan, namun hanya disiplin keilmuan tertentu yang digunakan. Hal itu tidak sebanding dengan kenyataan bahwa dalam diri manusia terkandung banyak dimensi," Jelasnya.
Sementara itu, Hasyim memaparkan bahwa stagnasi diperparah oleh ulama konservatif yang cenderung menggunakan otoritas menafsirkan dalil-dalil agama secara tidak tepat. Ia menambahkan, penafsiran itu berdasarkan kepentingan dari pemahaman teologisnya belaka.
"Para penguasa berupaya melindungi dan mengamankan keputusan para ulama pendukungnya. Kondisi ini tentu saja semakin mengukuhkan stagnasi pemikiran Islam yang berlangsung sejak abad pertengahan hingga saat ini, " paparnya.[Rep. Nia/Red.Riska].
KOMENTAR