Potret dosen pembimbing AFI, Badrul Munir Chair. |
Semarang, IDEAPERS.COM - Jumlah mahasiswa bimbingan setiap dosen pembimbing (dosbing) skripsi di jurusan Akidah Filsafat Islam (AFI), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang tidak merata. Hal ini disampaikan oleh salah satu dosbing AFI, Badrul Munir Chair saat diwawancarai Kru IDEAPERS.COM secara online, pada Jumat (24/03/23).
“Pemerataan jumlah bimbingan saya rasa masih menjadi problem di AFI,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan ada beberapa faktor penyebab tidak meratanya jumlah bimbingan. Diantaranya, keterbatasan dosen AFI yang memiliki tugas mengajar di kelas dan sebagian belum bisa membimbing karena kepangkatan, serta pembagian pembimbing yang disesuaikan dengan keahlian dosen terhadap tema tertentu.
“Nah, tema skripsi sebagian besar mahasiswa seringkali terlalu condong ke satu tema besar, misalnya ke tradisi atau kearifan lokal, sementara skripsi tentang akidah cukup jarang, sehingga wajar jika dosen makul akidah jumlah bimbingannya relatif sedikit,” jelasnya.
Selain itu, Badrul menyampaikan metode bimbingannya saat mahasiswa mendapatkan dua dosbing dalam mengerjakan skripsi. Katanya, ia akan menyesuaikan, dengan catatan bab 1 dan rancangan daftar isi telah disetujui dosbing kedua.
“Saya membebaskan mahasiswa apakah akan bimbingan setiap minggu, atau mengerjakan secara mandiri hingga selesai, dan baru bimbingan jika ada kesulitan. Sejauh ini, sebagian besar mahasiswa memilih bimbingan setiap minggu, agar progresnya kelihatan,” ucapnya.
Namun demikian, ia menuturkan kesalahan persepsi mahasiswa ketika mendapatkan dua dosbing. Menurutnya, pembagian tugas dosbing sudah jelas, yakni membimbing substansi dan lainnya untuk teknik sistematika penulisan.
“Kurang bisa berkomunikasi dengan salah satu pembimbing, dan cenderung bimbingan dengan satu pembimbing saja. Sehingga jika di kemudian hari banyak catatan dari salah satu pembimbing, mahasiswa akan cenderung menyalahkan bahwa dua dosbing tersebut tidak sinkron,” ucapnya.
Badrul juga mengatakan apabila mahasiswa mengalami kesulitan komunikasi dengan pembimbing, maka bisa melaporkan ke pimpinan. Katanya, jika alasan mahasiswa dapat diterima, mahasiswa berhak mengajukan penggantian dosbing.
Sebagai Dosbing, Badrul menyampaikan tugasnya hanya mengarahkan mahasiswa supaya memiliki gambaran umum yang diteliti dalam skripsi, dan membimbing apa yang harus mahasiswa tulis. Pasalnya, kebanyakan mahasiswa masih bingung meski sudah memiliki judul.
“Secara khusus, saya mewajibkan semua mahasiswa bimbingan saya agar proposal skripsinya benar-benar matang dan selesai terlebih dahulu sebelum mengerjakan bab-bab lain. Selain proposal (Bab I), Rancangan Daftar Isi juga harus disetorkan di awal Bimbingan, sehingga saya sebagai pembimbing akan lebih mudah memberikan saran dan arahan,” terangnya.
Di sisi lain, Badrul mengungkapkan masih memaklumi ketidakpahaman mahasiswa dalam proses mengerjaan skripsi, namun tidak dengan ujian komprehensif.
“Karena ujian kompre adalah salah satu tolak ukur apakah seorang mahasiswa sudah memahami dasar-dasar keilmuan Aqidah dan Filsafat Islam atau belum. Jika belum mampu, mau tidak mau harus mengulang,” pungkasnya. [Rep. Ayu/Red. Riska].
KOMENTAR