Peotret Sulaeman saat ditemui di ruangannya oleh Kru LPM IDEA pada, Jum'at (17/02/23) |
Sebelumnya, Sulaeman membicarakan pandangannya terkait dengan makna peristiwa bersejarah tersebut. Menurutnya, Isra' Mi'raj bukanlah sebatas perjalanan spiritual Rasulullah dari Masjidil Haram hingga Sidratul Muntaha, namun itu juga hadiah yang diberikan oleh Allah kepada Nabi setelah ditinggalkan oleh paman, kakek, dan istrinya secara berurutan.
"Secara manusiawi melihat sosok nabi sebagai manusia tentu dia merasa sedih merasa tergoncang," ujarnya, Jum'at (17/02/23).
Lebih lanjut ia menjelaskan alasan Makkah menjadi titik keberangkatan perjalanan spiritual tersebut. Katanya, karena keberadaan ka'bah sebagai simbol ketauhidan agama Islam, bahkan sebelum Islam lahir.
Selain itu, ia juga mengatakan untuk mencapai puncak ketauhidan seseorang harus memiliki qolbu yang bersih, sebagaimana Rasulullah Saw.
"Seperti yang disebutkan dalam hadis bahwa Allah bertahta dalam hati orang yang Sholeh. Karena yang dapat menampung Allah itu hanya qolbu orang yang suci, " ucap Sulaeman.
Meskipun telah banyak hadis qudsi yang membahasnya, Sulaeman menyatakan, masih ada kaum yang meragukan kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj.
Mengenai sikap seharusnya generasi saat ini, Ia menjelaskan, di era perkembangan teknologi seperti sekarang seharusnya bisa meningkatkan kepercayaan terkait peristiwa Isra Mi'raj melalui beragam informasi yang sudah lebih mudah diakses.
Menurutnya, perkembangan teknologi yang telah terjadi hingga kini perlu diimbangi dengan kondisi qolbu yang bersih.
"Lalu bagaimana kita mengkoneksikan dengan zaman sekarang supaya kita bisa merasakan yang dirasakan oleh Nabi? semua itu bisa dengan syarat qalbu kita harus bersih," jelasnya pada Kru LPM IDEA.
Mengingat teknologi semakin masif, Sulaeman mengingatkan perlunya mahasiswa untuk merefleksikan diri melalui peristiwa Isra Mi'raj dengan membersihkan qolbu.
"Menurut saya perkembangan zaman itu boleh terus terjadi, tapi kita tidak boleh melupakan qolbu. Karena kita boleh pinter tapi harus berqolbu, apalagi anak-anak milenial harus berqolbu. Qolbu itu orang yang punya kepekaan orang yang punya simpati dan perasaan," tuturnya.
Kemampuan mengakses informasi dengan cepat, kata dia, masyrakat bisa lebih mudah memperoleh informasi hingga mudahnya melakukan kegiatan donasi.
"Jelas kemajuan dari teknologi itu sebenarnya membantu kita, " katanya.
Sulaeman juga menyampaikan, agar generasi saat ini senantisa berupaya membersihkan qolbu secara bertahap. Ia berpesan bahwa kaum milenial harus menggunakan medsos dengan tetap berqolbu.
"Qolbu itu berbeda dengan hati nurani, hal tersebut bisa dilakukan dengan berlatih secara bersungguh-sungguh," ucapnya.
Selain itu, Sulaeman juga berpesan kepada para kaum biasa untuk ketaatan beribadah, terlebih karena shalat menjadi ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim.
"Tidak bisa shalat, jadi masalah legalitas, formalitas, syariat atau tasawufnya. Itu tadi kalau shalat harus berqolbu," pungkasnya. [Rep. Zaqia/ Red. Dian]
KOMENTAR