Selama ini kita mendefinisikan dan memahami kecerdasan sebagai sesuatu yang dapat diukur. Dimana kuantitas menjadi ukurannya. Kuantitas disini artinya, seberapa banyak referensi yang dibaca,seberapa tinggi dan lama seseorang belajar. Namun apakah selama ini kita pernah membaca dari sudut pandang, apakah seseorang benar-benar memahami apa yang dia katakan paham.
Pasalnya belajar tidak selamanya dan sepenuhnya memahami. Dalam proses belajar kita akan dibuat sadar tentang pentingnya belajar karena kita semakin menyadari hal yang tidak kita ketahui. Namun jika selama proses belajar kita tidak dapat menyadari betapa banyak hal yang tidak kita ketahui dan membuat kita menyadari betapa banyak yang masih perlu kita ketahui,mungkin kita perlu menanyakan kembali apakah kita benar-benar belajar?
Belajar artinya proses memahami. Jika selama belajar tidak bisa meningkatkan pemahaman kita tentang diri kita sendiri dan dunia atau lingkungan di sekitar kita, mungkin saja itu bukan proses belajar, tetapi menghafal. Hal ini yang menjadikan proses belajar seseorang berbeda-beda. Mungkin saja seseorang mengalami hal yang sama tetapi belum tentu mempelajari hal yang sama juga.
Pasalnya tingkat tingkat keterampilan maupun tingkat pengetahuan setiap orang berbeda-beda. Inilah yang menjadi salah satu alasan bagaimana kita mampu membuat kemajuan pengetahuan kita. Mulai dari mengetahui apa yang perlu dipelajari, kapan, dimana, bagaimana hingga mengapa kita perlu belajar.
Melihat penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwasanya mendefinisikan makan cerdas tidak lagi diukur dari kuantitas. Namun kita juga perlu memahami pengukuran soal kecerdasan.
Memiliki kemampuan maupun keahlian tidak bisa menjadi ukuran bahwa kita benar-benar mengetahui cara menggunakan kemampuan itu secara benar maupun efektif. Maksudnya disini, kita perlu memahami tindakan dan proses berpikir berdasarkan rasionalisasi penuh, ini bagian dari sebuah manajemen. Kemudian proses berpikir hingga hasil keputusan ini juga harus relevan terhadap pembacaan problematika yang ada.
Melalui cara ini kita dapat memahami mengapa proses berpikir hingga hasil keputusannya dianggap cerdas. Dalam hal ini cerdas bukan hanya sekedar tahu melainkan juga memiliki pengetahuan untuk memahami diri sendiri maupun lingkungannya. Selain itu menjadi cerdas berarti mampu memanagement hingga mengimplementasikan pengetahuan-nya secara tepat. yang artinya untuk menjalankan hal tersebut cerdas dalam bagian dari proses belajar secara terus menerus. [Umi Nur Faizah]
KOMENTAR