"Berpikir kamu tahu ketika faktanya kamu tidak tahu adalah kesalahan fatal, dan di situlah kecenderungan yang kita lakukan," Bertrand Russell.
Transformasi teknologi telah membawa peradaban manusia dalam dunia informasi. Dalam dewasa ini kita dimudahkan dalam mengakses infromasi berkat adanya digitalisasi tanpa mengenal waktu dan tempat. Perangkat genggam seperti smartphone telah membuat kita semakin tidak bisa jauh dari informasi.
Informasi yang accessable membuat kita memiliki peran ganda. Kita tidak hanya diuntungkan sebagai konsumen informasi. Namun kita juga bisa berperan sebagai produsen informasi hanya dengan mengunggah informasi dan menyebar luaskan informasi melalui media sosial.
Banjirnya informasi di portal berita, sosial media dan lain sebagainya justru dapat menjadi boomerang. Survei Katadata Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi menyebutkan 30 hingga 60 persen orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. Sementara hanya 21 sampai 36 persen saja yang mampu mengenali hoaks.
Seorang filsuf asal Inggris, Betrand Russell menggagas melalui teori korespondensinya "kebenaran dianggap benar jika terhubung dengan fakta yang ada". Sebuah informasi, berita, atau sebuah keputusan bisa dianggap benar jika ada fakta dan beberapa asumsi yang membuktikan bahwa kebenaran tersebut benar secara utuh.
Segala macam informasi yang tersebar di internet, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah kebenaran mutlak. Pasalnya hal tersebut hanyalah kepingan informasi atau sesuatu yang belum jelas kebenaranya. Kita masih perlu melakukan verifikasi dengan mencari sumber yang kredibel. Selain itu, kita juga perlu mendialektikakan dengan data atau orang lain agar mendapat berbagai sudut pandang.
Setelah kita mendapatkan berbagai data terkait informasi yang kita cari, kita bisa mempertimbangkan dan memutuskan informasi mana yang akan kita konsumsi atau kita sebarkan kepada orang lain.
Menghadapi era infromasi, literasi digital menjadi hal yang begitu penting. Sebagai pengguna informasi yang bijak kita tidak bisa sepenuhnya percaya begitu saja terhadap apa yang tersebar di jejaring sosial. Kita bisa memilih, mengolah dan menggunakan sebuah media atau informasi agar kita tidak mudah salah tangkap atau salah menyebarkan suatu informasi yang tersebar diberbagai media sosial.
Dengan mengidentifikasi sebuah informasi kita dapat mengetahui apakah informasi itu mempunyai fungsional dalam kehidupan manusia atau tidak. "Sebuah informasi bisa dianggap benar tergantung bermanfaat atau tidaknya informasi tersebut bagi kehidupan manusia," Charles Sander Pierce. [Yogi Zidane S]
KOMENTAR