Munculnya gawai dengan adanya fitur kamera, banyak dimanfaatkan orang untuk memotret peristiwa, benda, moment dan lain sebagainya. Kebanyakan orang berpikir, untuk mengabadikan sebuah momen harus dengan memotret agar dapat dinikmati di masa mendatang. Melansir dari ideas.ted.com memotert justru dapat menghalangi ingatan seseorang.
Linda Henklen, seorang Profesor Psikologi di Fairfield University Connecticut melakukan penelitian mengenai bagaiamana pengambilan foto dapat mempengaruhi pengalaman dan daya ingat seseorang. Ia melakukan eksperimen bersama mahasiswanya dengan pergi kesebuah kebun binatang untuk memotret objek yang mereka lihat dan mengamati aktivitas orang lain.
Dari hasil eksperiman tersebut, secara keseluruhan mereka mengingat lebih sedikit objek yang telah mereka foto. Mereka juga tidak dapat mengingat banyak detail visual spesifik dari seni yang difoto, dibandingkan dengan seni yang hanya mereka amati menggunakan sistem sensorik.
Dalam proses pengambilan foto tidak ada pemrosesan elaboratif atau emosional yang dapat membantu mengingat pengalaman. Proses elaboratif berfungsi untuk mengeksplorasi danmenganalisis objek sekitar, sehingga dapat merangsang otak kita untuk lebih mengingat. Namun ketika mengambil foto, perhatian kita teralihkan ke dalam kamera.
Lalu bagaimana dengan fungsi kamera sebagai pengingat sebuah moment? Pengambilan foto dapat mengubah prspektif kita tentang pengalaman tersebut, apakah kita ada di foto atau tidak? Saat kita berada di dalam gambar, kita justru menjadi lebiih jauh dari momen aslinya. Seolah-olah kita hanyalah seorang pengamat yang melihat diri kita berada di luar diri kita.
Kamera atau foto bukanlah sebuah pengganti memori manusia. Seberapa canggihnya kamera tidak dapat dibandingkan dengan kemampuan otak manusia. Foto hanya sebagai alat bantu dari sistem pemrosesan informasi manusia. Foto dapat digunakan untuk mengingat atau mengelola dengan lebih efisien. [Yogi Zidane S]
KOMENTAR