Abraham Harold Maslow psikolog asal Amerika telah membawa nafas baru dalam dunia psikolog. Dimana selama ini Ilmu Psikologi hanya sebatas mempelajari orang sakit. Kini di abad 20, Maslow membawa Psikologi jauh lebih luas dan ideal tentang kehidupan manusia atau yang disebutnya sebagai "Self Actualization" atau Aktualisasi Diri.
Aktualisasi diri merupakan proses seumur hidup untuk mengekspresikan serangkaian potensi, kekuatan, dan dorongan yang unik pada diri seseorang. Proses ini diraih dengan berusaha meningkatkan kualitas pikiran, kesehatan tubuh dan kebutuhan akan hidup.
Di sini Maslow mencatat kunci tentang bagaimana proses seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya. Menurutnya, setiap manusia memiliki dorongan aktualisasi diri. Pertama, untuk mengaktualisasikan diri, seseorang hanya perlu menyingkirkan rintangan-rintangan atau hambatan yang ada di dalam pikiran dan lingkungannya.
Abraham Maslow dalam bukunya yang berjudul "Toward a Psychology of Being," mengilustrasikan proses munculnya dorongan secara naturalistis layaknya biji. Dimana biji yang akan tumbuh menjadi tunas akan "mendesak" keluar menjadi pohon dengan melalui beberapa proses.
Kedua, aktualisasi diri terdorong oleh kebutuhan dasar manusia. Ketika kebutuhan akan pangan, sandang dan papan manusia terpenuhi, seseorang akan berusaha meraih sesuatu yang lebih dari yang sudah terpenuhi sebelumnya.
Meskipun beberapa orang juga memilih pasif dan mencari kenyamanan, kesenangan, dan keamanan ketika kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi. Sebaliknya, pengaktulisasi diri lebih mencari apa yang menurut mereka penting, yakni sebuah pencapaian, kreativitas dan lain sebagainya.
Ketiga, pengaktulisasi diri bersifat otonom dan tidak konformis. Maksudnya di sini, seseorang menikmati hubungan sosialisasinya dengan orang lain. Tetapi tidak menggantungkan dirinya secara penuh kepada orang lain. Mereka memegang kendali terkait arah dirinya secara total dari pada mengikuti secara ketat mengikuti norma dan nilai budaya mereka.
Keempat, pengaktualisasi diri tidak mudah terserang emosi dan pikiran negatif. Seseorang pengaktualiasi diri dapat mengontrol dan mengolah emosi dan pikirannya. Kecemasan, stres, ketakutan, dan ketidakbahagiaan bagi pengaktualisasi diri adalah emosi yang tidak dirangsang oleh kekhawatiran kecil. Keadaan demikian tidak mempengaruhi dan menghambat pengaktualisasi diri seperti halnya orang biasa, karena mereka memiliki toleransi yang lebih besar terhadap emosi negatif.
Tetapi pengaktualisasi diri lebih mengalami, apa yang disebut Maslow sebagai "The real problems of life". Bentuknya bisa berupa perihal eksistensial universal seperti kematian, penderitaan dan kejahatan.
Aktualisasi Diri dan Tugas Besar Manusia
Jika benar apa yang dinyatakan Maslow mengenai dorongan aktualisasi diri sudah ada dalam diri manusia, sudah semestinya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk maju dalam pencapaian misi hidupnya.
Pasalnya semakin seseorang menolak dorongan tentang aktualisasi diri dan memilih terjebak dalam keadaan biasa-biasa saja untuk tidak bergerak dan maju. Agaknya ada yang keliru dalam penilaian tentang dirinya dan apa yang harus dilakukannya. Mereka inilah yang memilih takdirnya menjadi orang yang menderita.
Namun sebaliknya, rasa sakit dan penderitaan yang dialami seseorang karena mau bertindak dan bergerak itu sebagai stimulus yang mendorong seseorang untuk mulai membentuk hidupnya. Seseorang yang mau maju, merekalah pemenang sesungguhnya. [Agung R]
KOMENTAR