Banyak orang berkata bahwa pembelajaran sangat bergantung dengan keadaan. Bahwa keadaan emosional yang dirasakan ketika mempelajari sesuatu, sangat terikat dengan pembelajaran. Apakah itu masuk akal?
Coba anda ingat ketika duduk di bangku sekolah, apa yang anda rasakan ketika menerima materi? Mungkin sebagaian dari anda merasakan yang namanya kebosanan. Secara matematis, keadaan bosan bernilai nol. Setiap bilangan yang dikalikan dengan angka nol, maka hasilnya nol, kosong. Itu mengapa kadang kita tidak menangkap materi di bangku sekolah secara sempurna.
Pernahkan anda terbawa ke masa lalu atau situasi tertentu ketika hidung anda membaui wewangian atau lidah anda mencicipi makanan? Salah satu alasannya ialah karena informasi yang digabungkan dengan emosi, menjadi memori jangka panjang. Seringkali kita melibatkan emosi ketika mendengarkan musik atau memakan sesuatu. Ketika kita mempelajari sesuatu, suasana hati dan perasaan juga mempelajari sesuatu. Kemudian melekat pada apa yang kita pelajari.
Lalu, pernahkah anda mempertanyakan, mengapa anak kecil lebih cepat mempelajari sesuatu dibandingkan orang dewasa?
Anak-anak adalah pembelajar paling cepat. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan terus bermain sepanjang waktu. Dalam ilmu Neurobiologis menjelaskan, ketika bermain, otak akan menghasilkan neurogenesis (pertumbuhan sel-sel otak baru) dan neuroplastisitas (lebih banyak koneksi).
Kita mengenal Einstein sebagai salah satu manusia paling cerdas yang pernah hidup. Pernahkah anda merenungi, bahwa otak kita dan otak Einstein pasti tidak akan berbeda bentuk serta ukurannya. Lantas, Apa yang membuatnya menjadi begitu unggul dengan pemikirannya?
Einstein melakukan percobaan terhadap pikirannya sehingga Ia memiliki lebih banyak koneksi di area tertentu di dalam otaknya. Ia menempatkan dirinya dalam gelombang otak Theta. Kondisi theta menempatkan otak dalam keadaan santai untuk kreativitas. Memunculkan inspirasi, ide baru, dan hal-hal baru dari dalam diri. Kondisi theta seringkali kita temui ketika kita sedang mandi, dimana tubuh dan otak sedang dalam keadaan rileks.
Dan, kita bisa mengembangkan kemampuan konektivitas otak kita dengan mengendalikan pikiran untuk berada di titik kreatif dan terus "bermain" dengan apa yang ingin kita pelajari.
Pengendalian Gelombang Otak
Kita hidup di zaman dimana untuk bertahan hidup, tidak terlalu bergantung pada kekuatan otot, tetapi lebih menggunakan kekuatan pikiran. Semakin cepat kita bisa belajar, semakin cepat kita bisa menghasilkan. Tidak hanya secara finansial, tetapi di seluruh bidang kehidupan. Untuk itu, kita perlu mempelajari bagaimana mengelola pikiran dan mengendalikannya.
Jim Kwik dalam bukunya yang berjudul "Limitless", menuliskan cara agar kita mampu mempelajari sesuatu dengan lebih cepat. Kita bisa mengingatnya dengan kata kunci "BEFAST" (Believe, Exercise, Forget, Active, State, dan Teach).
Pertama, Believe (percaya). Ketika kita yakin bahwa kita bisa atau kita tidak bisa, maka itu yang akan terjadi. Setiap perilaku didorong oleh keyakinan. Banyak orang berkata, "ingatanku buruk" atau "ingatanku baik", "aku tidak bisa fokus" atau "aku punya fokus", "aku tidak punya kreativitas" atau "aku punya kreativitas".
Fokus, kreativitas, maupun ingatan bukanlah sesuatu yang kita miliki. Tetapi sesuatu yang kita lakukan. Tidak ada yang namanya ingatan "baik" dan ingatan "buruk". Yang ada hanyalah ingatan yang "terlatih" dan "tidak terlatih".
Otak kita seperti super komputer yang akan bekerja dengan program self-talk. Jadi jika kita mengatakan pada diri sendiri bahwa kita tidak bisa mengingat nama, maka kita tidak akan mampu mengingat nama orang yang kita temui. Karena kita memprogram super komputer kita seperti itu.
Siklus atau kondisi otak berlangsung melalui gelombang yang berbeda. Beta, gelombang yang menempatkan kita pada kondisi paling terjaga. Delta, ketika kita sedang tidur, dan Theta tepat berada di atas Delta. Gelombang Theta, sebagaiamana dituliskan di atas, menjadi gelombang yang membentuk kondisi untuk produktivitas dan kreativitas.
Diantara Theta dan Beta, terdapat keadaan yang disebut Alpha. Di titik inilah biasanya kita berada dalam keadaan bermeditasi, menghirup napas lebih dalam, atau ketika sedang menonton televisi. Kondisi alpha sangat bagus untuk belajar.
Poin ke-dua untuk kita bisa belajar lebih cepat ialah Exercise (latihan). Kita perlu melatih fisik kita untuk disiplin terhadap tanggung jawab serta keinginan kita. Fungsi utama otak tak lain untuk mengontrol gerakan. Saat tubuh bergerak, maka otak juga bergerak.
Selanjutnya, kita juga perlu melakukan kontrol terhadap pikiran dengan fokus terhadap apa yang kita pelajari. Banyak orang tidak bisa belajar dengan cepat karena merasa sudah mengetahuinya. Jadi, untuk mengontrolnya, kita perlu melupakan (Forget) sementara dari hal lain yang tidak berkaitan dengan yang sedang dipelajari.
Kemudian, kita juga harus Aktive (aktif) ketika belajar. Seperti membuat catatan, mengajukan pertanyaan, dan terus berpartisipasi di dalam pembelajaran. Kita juga perlu memperhatikan State (keadaan). Semua pembelajaran selalu menyatu dengan keadaan. Jangan belajar dalam keadaan bosan. Banyak orang membaca buku dalam keadaan bosan, dan tidak mampu mengingat apa yang dibaca. Jadi kita perlu mengendalikan emosi di dalam diri.
Terakhir dan juga penting untuk dilakukan yaitu Teach (mengajar). Ketika kita belajar kemudian mengajarkannya kepada orang lain, kita akan belajar dengan cara yang berbeda. Karena ketika kita mengajarkan sesuatu, kita akan mempelajarinya dua kali.
Mempelajari setiap hal menjadi kewajiban kita untuk terus hidup dan eksis di dalam kehidupan. Sehingga kita tidak akan teralienasi dari lingkungan kita karena kita mampu "mengetahui". [Ainun]
KOMENTAR