Bulan Ramadan menjadi waktu yang selalu dinantikan oleh setiap muslim. Pasalnya banyak keistimewaan yang dapat diraih di bulan suci ini, seperti pahala yang akan dilipatgandakan. Selain sebagai ladang amal ibadah, berpuasa juga dapat menjadi momentum untuk membentuk kepribadian atau karakter seseorang.
Orang yang berpuasa, tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Mereka yang berpuasa juga menahan diri, dari segala hal yang mampu menimbulkan kerugian ataupun hal yang menjerumus ke arah maksiat.
Ketika menjalankan ibadah puasa hanya sekedar menggugurkan kewajiban, ataupun tidak mampu menahan diri dari hawa nafsu, tidak akan mendapatkan esensi dari berpuasa. Hal yang didapatkan tidak lain adalah lapar dan dahaga saja. Perihal ini Nabi Muhammad pernah bersabda, "Banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya selain lapar dan haus saja," (HR. Imam Ahmad).
Jika menilik lebih jauh, orientasi puasa tidak berhenti pada tataran ibadah, melainkan puasa dapat dijadikan sebagai media pendidikan. Menahan diri dari hawa nafsu, kemudian melakukan hal yang bermanfaat setiap waktu di bulan Ramadan menjadi bagian dari proses pembentukan karakter seseorang.
Selama bulan puasa, seseorang mulai mengubah dirinya menjadi lebih baik dan menjadikan sarana untuk menumbuhkan kebiasaan baik. Memanfaatkan setiap waktu untuk melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan produktif lainnya seperti belajar atau kegiatan sosial. Mengatur kembali pola hidup sedemikian baik agar yang dilakukan tidaklah sia-sia.
Seseorang yang biasanya suka menunda pekerjaan atau bermalas-malasan, ketika di bulan puasa, seyogyanya berpikir untuk memanfaatkan waktunya untuk melakukan aktivitas yang berharga. Bisa melakukannya dengan berbagai aktivitas keagamaan seperti salat tarawih, tadarus Al-Quran, mengikuti kajian kitab. Atau juga kegiatan yang bisa meningkatkan kualitas intelektual dan sosial, seperti belajar, bekerja, membaca buku, sedekah, bakti sosial dan lainnya.
Selain itu, puasa juga menjadi sarana untuk membenahi perilaku seseorang. Seseorang bisa lebih mengendalikan dan mengontrol dirinya untuk menghidari perbuatan negatif yang dinilai mampu mengurangi esensi dari puasa.
Pada hari-hari biasa, seseorang bisa berbohong, marah, dan menggunjing tanpa berpikir panjang. Di bulan puasa ini menjadi momen untuk mengendalikan dan mengontrol diri dari sifat-sifat tercela tersebut. Memperbaiki karakter menjadi pribadi yang selalu jujur, sabar dan ikhlas, serta menghilangkan kebiasaan membicarakan aib orang lain.
Pembentukan pola hidup dan tingkah laku selama satu bulan di Bulan Ramadan ini menjadi awal mula terbentuknya kebiasaan baik yang baru. Di mana kebiasan-kebiaaan ini tidak hanya terjadi dan terhenti setelah bulan puasa selesai. Melainkan akan terus dilakukan di hari-hari biasa juga. Pelajaran yang didapatkan selama bulan Ramadan haruslah dapat diimplementasikan di hari setelahnya dan terus melakukan proses evaluatif dan peningkatan.
Satu bulan berlangsungnya Ramadan ini akan membantu orang yang berpuasa untuk memperbaiki karakter atau perilakunya. Dengan pola pendidikan yang diajarkan agama yang terkandung dalam puasa, tentu menjadi pribadi yang lebih baik di hari kemudian adalah harapan besarnya. Sehingga puasa bukan hanya menjadi media ibadah kepada Tuhan, tapi juga pendidikan karakter yang dapat selalu diaplikasikan seumur hidup.
Menjadi manusia yang belajar untuk lebih baik dan terus membaik tentu tidak serta merta karena terbiasa, tapi juga perlu adanya evaluasi diri atau muhasabah. Menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan meningkatkan ibadah merupakan salah satu bentuk muhasabah. Orang yang berpuasa dapat melakukannya dengan kesungguhan untuk mencapai karakter diri menjadi manusia yang mulia. Baik dalam hal ibadah, diri sendiri, sesama, dan juga alam semesta.
[Devia]
KOMENTAR