![]() |
Dok. Ideapers.com |
Yoga Abhei, mahasiswa Akidah dan Filsafat Islam UIN Walisongo mengaku, selama mengikuti kuliah online tiga semester, ia kesulitan memahami materi. Hal karena proses interaksi antara mahasiswa dan dosen kurang efektif.
"Media pembelajaran menggunakan WhatsApp dan Google Meet, sangat sedikit efektifitasnya. Saya terpengaruh oleh dosen juga. Kalau dosennnya asyik, saya bisa aktif. Kalau garing saya kurang aktif," ujarnya kepada kru IDEAPERS.COM, Kamis (29/04/21).
Ia melanjutkan, suasana kuliah online juga berbeda dengan offline. Pasalnya ketika kuliah online, Yoga dapat berdiskusi dan berinteraksi langsung dengan teman-teman kelasnya.
"Saya jelas ingin kuliah offline, siapa yang mau online terus?" imbuhnya.
Sementara itu, Rahma Dina Kusumawati, mahasiswi Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi mengatakan bahwa kuliah offline terasa lebih nyaman, terlebih di jurusannya ada banyak praktikum. Ia pun berharap, di semester depan kampus sudah memberlakukan kuliah offline.
"Soalnya di jurusan saya itu ada praktik rukyah dan meditasi. Kalau langsung (offline) lebih mudah. Tapi misal besok masih online, ya manut, mau gimana lagi," ungkap mahasiswi asal Tegal itu.
Desi Ratnasari, mahasiswi Akidah dan Filsafat Islam merasa keberatan jika semester depan UIN Walisongo masih memberlakukan sistem kuliah online. Menurunya, kuliah offline dapat dilakukan dengan tetap memenuhi protokol kesehatan yang ketat.
"Tidak setuju kalau kuliah online lagi. Rasanya pembelajaran masih kurang afdol (efektif) ketika hanya lewat meeting virtual saja," kata Desi. [Rep.Faidhumi/Red.Bambang]
KOMENTAR