Problematika seperti ini, sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan sampai sekarang ini. Bukan hanya itu, hal ini juga sampai dilahirkannya teori-teori filsafat yang menyajikan berbagai pengetahuan untuk menjalani kehidupan. Berikut beberapa aliran filsafat yang mungkin relevan bagi manusia modern untuk kembali menemukan makna hidupnya lagi.
1.Cyrenaics
Terinspirasi dari tokoh legenda filusuf Socrates, Cyrenaics ada pada tahun 400 SM oleh salah satu muridnya yang bernama Aristippus. Ia berasal dari Afrika Utara. Aristippus mengajarkan bahwa sejatinya kebahagian hidup yakni ketika bisa menjalani kehidupannya di masa sekarang. Daripada hanya sibuk dengan penerawangan akan masa depan. Karena masa sekarang adalah suatu kebenaran yang pasti.
Menurut kaum Cyrenaics, Prioritas kebahagiaan ialah bagaimana menempatkan pribadi sebagai objek utama ketimbang lainnya. Meski terkesan egois, namun hal inilah yang bisa menyelamatkan seorang dari kehilangan makna hidup.
Mengapa kebahagian individu menjadi yang utama? Ketika seseorang yang mengutamakan kebahagian orang lain cenderung mengorbankan kebahagiannya sendiri. Hal inilah yang membuat manusia mudah stres dan khawatir ketika mengetahui bahwa pengorbanannya tidak berdampak apa-apa.
Ada beberapa paham dari aliran Cyrenaics yang menjadi perdebatan diantara filsuf lainnya, salah satunya yakni pengabdian akan tradisi dan norma sosial. Aristippus berpendapat bahwa pada dasarnya tidak ada yang salah dengan hal-hal tabu seperti penyimpangan seksual. Hanya saja pandangan sosial sajalah yang membuat salah.
Dari paham tersebut, makna kehidupan sebenarnya bisa ditemukan dengan mengabaikan batasan-batasan tersebut (tradisi dan norma sosial). Karena kehidupan ialah bagaimana kamu melakukannya dalam keadaan nyaman dan menyenangkan.
2. Sinisisme
Sinisisme (Sinisme) sebenarnya masih memiliki kiblat sama dengan aliran Cyrenaics, yakni terinspirasi dari Socrates. Menurut para pengikutnya, makna hidup hanya bisa didapatkan ketika benar-benar menjalani kehidupan sesuai tatanan alam daripada mengikuti norma dan tradisi sosial masyarakat.
Meski sama-sama terinspirasi dari Socrates, aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus membentuk pemikirannya sendiri tentang benar dan salah dalam kehidupan. Juga tetap mempertimbangkan peranan masyarakat dalam menemukan makna kehidupan.
Pemikiran yang tak kalah penting yaitu konsep Swasembada. Dimana prinsip manusia harus bisa mandiri tanpa mengandalkan harta atau bantuan orang lain. Manusia akan bebas ketika dapat berpaling dari kebutuhan untuk diikat oleh hal lainnya. Baginya, "Kebebasan" ialah makna kehidupan yang sebenarnya.
3. Mohisme
Filsafat yang didirikan oleh Mo Tzu di Tiongkok ini, biasa disebut dengan Moisme. Inti ajaran dari aliran ini yakni adanya prinsip ketidakberpihakan antara manusia dengan lainnya. Menurutnya, makna kehidupan hanya akan tercapai jika terdapat sisi keadilan dan tidak adanya deskriminasi.
Ajaran Moisme ini dengan tegas menolak semua bentuk prioritas pribadi dan mengedepankan kepentingan kelompok. Selain itu, Mo Tzu dalam aliran ini juga menginginkan adanya rasa saling gotong royong dan setiap orang dapat hal kesetaraan yang sama.
Memastikan bahwa setiap orang memiliki tingkat kebahagiaan dan kenyamanan yang sama. Menghormati dan menjaga keinginan kesatuan, juga saling membantu mencapai tujuan akhir dalam kehidupan.
[Agung R]
KOMENTAR