Dalam kitabnya yang berjudul Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali mengingatkan masyarakat untuk mengambil pelajaran dari apa yang diriwayatkan Hatim Al-Asham RA dari gurunya, Syaqiq Al-Balkhi RA.
Suatu hari, terjadi percakapan antara murid dan guru tersebut. Syaqiq Al-Balkhi RA menanyakan tentang pelajaran yang didapat Hatim Al-Asham RA setelah berguru pada dirinya selama 33 tahun. Hatim pun menjawab bahwa ia mempelajari delapan pokok masalah.
Meskipun sedikit kecewa karena muridnya hanya mengambil delapan pelajaran dari dirinya, Syaqiq Al-Balkhi RA tetap meminta muridnya tersebut untuk menerangkan apa yang dipahami. Di hadapan gurunya, Hatim Al-Asham menerangkan apa yang diketahui satu per satu dengan baik.
Mengutip dari nu.or.id, delapan pokok ajaran tersebut ialah;
Pertama, menjadikan amal baik sebagai kekasih. Hatim Al-Asham melihat bagiamana orang-orang mencintai kekasih dan kegemarannya, tetapi kemudian bercerai ketika orang tersebut diletakkan dalam kubur. Apa yang dicintai tidak pernah menemani sampai liang lahat, dan Hatim Al-Asham mempelajari bahwa amal baik adalah sebaik-baiknya kekasih yang akan menemaninya ketika ia masuk dalam kubur.
Kedua, Hatim Al-Asham meyakini bahwa Surat An-Nazi'at ayat 40-41 memang benar adanya. Ia mendidik dirinya untuk menolak dorongan-dorongan nafsu sehingga tetap berbakti dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Ayat tersebut memiliki arti. "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya dari keinginan tehadap apa yang diharamkan oleh Allah, maka surga adalah tempat terakhir baginya".
Ketiga, ajaran untuk berbagi atau bersedekah. Setiap kali memiliki sesuatu yang berharga, hendaknya dihadapkan kepada Allah (melalui sedekah) agar kekal terpelihara.
Keempat, mengamalkan Surat Al-Hujurat ayat 13, "Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal".
Beramal ketakwaan akan menjadikan diri sebagai seorang yang mulia di sisi Allah SWT. Selama hidup, Hatim Al-Asham memperhatikan orang memberikan perhatian pada harta benda, bibit bebet bobot, kemuliaan, serta nasab kebangsawanan. Dari apa yang ia pelajari, semua itu tidak bermakna apapun.
Kelima, ajaran untuk tidak saling menjatuhkan nama baik dan saling melaknat karena sebuah dengki. Dari Surat Az-Zukhruf ayat 32, Hatim Al-Asham belajar untuk membuang sifat hasad (iri hati) dan meyakini bahwa nasib manusia sudah diatur oleh Allah SWT.
Keenam, pelajaran dari Surat Fathir ayat 6, "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala".
Hatim Al-Asham belajar untuk meninggalkan permusuhan kepada sesama manusia. Ia melihat sebagian orang menganiaya dan memerangi sebagian yang lainnya, yang tak lain juga karena adanya campur tangan syaitan di dalamnya. Hatim Al-Asham berusaha keras untuk menjaga kewaspadaan terhadapnya, karena Allah telah bersaksi bahwa syaitan adalah musuh manusia.
Tujuh, Hatim Al-Asham meyakini bahwa dirinya (manusia) adalah salah satu makhluk melata di muka bumi yang rezekinya ditanggung oleh Allah SWT. Sehingga ia menyibukkan diri dengan ibadah yang Allah perintahkan dan meninggalkan nasib rezekinya di tangan-Nya.
Apa yang Hatim Al-Asham lakukan ini tak lain setelah bagaimana ia menyaksikan orang-orang yang mengejar remukan roti dan potongan daging, bahkan sampai menjatuhnya dirinya. Sebagian orang bahkan terperosok di jalan yang tidak halal untuk mendapatkan semua itu. Kemudian Surat Hud ayat 6 merenungkan dirinya dari kejadian yang ia lihat.
Terakhir, merujuk pada firman Allah dalam Surat At-Thalaq ayat 3, Hatim Al-Asham belajar menyandarkan diri dan nasibnya hanya kepada Allah, sehingga Allah mencukupi apa yang memang dikehendaki untuknya.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Hatim Al-Asham, Syaqiq Al-Balkhi pun mendoakan agar Allah memberikan taufik-Nya kepada sang murid. Syaqiq Al-Balkhi juga berkata bahwa delapan pokok yang diterangkan oleh Hatim merupakan ilmu yang termaktub dalam kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an.
"Kudapati semua kebaikan dan inti agama berkisar pada delapan poin tersebut. Siapa yang mengamalkannya, sungguh ia telah mengamalkan empat kitab suci tersebut," kata Syaqiq Al-Balkhi.
[Ainun]
KOMENTAR