Semarang, IDEAPERS.COM- Sebagai salah satu syarat kelulusan, tugas akhir skripsi seringkali menjadi momok bagi mahasiswa UIN Walisongo. Terlebih ketika masa pandemi covid-19, banyak yang terkendala dalam melakukan penelitian, mencari referensi, dan bimbingan yang sistemnya harus online. Namun mahasiswa tetap berjuang untuk menyelesaikan skripsi demi meraih gelar sarjana.
Seperti Umi Kulsum, mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) ini mengaku kesulitan untuk mencari referensi karena perpustakaan di kampus tutup dan jaringan internet di rumahnya susah. Apalagi ia terbiasa memakai buku cetak karena dapat membuatnya lebih fokus.
Dalam mengerjakan skripsi, Umi harus lembur siang hingga malam dan revisi berkali-kali. Selain itu, ketika ujian munaqosah online, ia dibuat menangis oleh dosen penguji.
"Saya sampai menangis karena pertanyaannya sangat sulit, " ujarnya kepada kru IDEAPERS.COM, Rabu (05/08/20).
Sementara itu, Yusrul Hana, wisudawan dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) menghadapi kendala yang berbeda. Ia menyayangkan penyelesaian skripsi yang sudah direncanakan dari awal tidak sesuai dengan target. Sekolah diliburkan ketika hendak melakukan penelitian. Sehingga ia harus menunggu sampai sekolah masuk.
"Padahal saya sudah mempersiapkan semua bahan penelitian. Termasuk membuat media pembelajaran," katanya.
Yusrul juga sempat menangis karena masih bingung dengan skripsinya di bab tiga. Sedangkan ia punya target harus selesai ujian munaqosah sebelum akhir Juni.
"Dan orang rumah kadang tidak mendukung pas lagi ngebut. Padahal posisinya sudah sekitar tanggal 9 Juni," tuturnya.
Berbeda dengan Sifa Unikmah, wisudawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) merasa tidak kesulitan saat mengerjakan skripsi. Karena ia sudah mengerjakannya jauh sebelum pandemi. Hanya saja, penggarapan skripsi dengan pembuatan produk media dakwah menjadi kendala, sehingga memakan waktu terlalu lama.
"Terlebih manajemen waktu yang agak keteter ditambah dengan kerja dan berbagai aktivitas lain," ungkapnya.
Meskipun berbagai proses dan perjuangan selama kuliah telah dilalui hingga lulus, Sifa tidak mempermasalahkan jika wisuda pada akhirnya dilakukan secara virtual.
"Menurut saya tidak masalah. Karena prosesi wisuda sekedar euforia. Yang terpenting kita bisa ambil manfaatnya, menerapkan apa yang sudah kita dapat dibangku perkuliahan," pungkasnya.
[Rep. Laily/ Red. Mahfud]
KOMENTAR