![]() |
Guru Besar Ilmu Pendidikan UIN Walisongo Fatah Syukur/ Doc. Ideapers.com |
Fatah mengungkapkan, program baru Mendikbud tersebut dapat menggerakkan kampus untuk lebih siap dalam menghadapi tantangan zaman. Ia juga menilai, mahasiswa bisa menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan potensinya terhadap mata kuliah pada program studi lain.
"Kampus harus relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan kekinian. Jika terus-terusan monodisipliner, hasilnya pintar dalam satu hal tapi buta di sisi yang lain. Kebijakan Kemendikbud ini, supaya mahasiswa memiliki kecakapan yang multi. Sehingga tahu disiplin ilmu yang lain," jelasnya saat ditemui kru IDEAPERS.COM di Gedung Pascasarjana UIN Walisongo, Selasa, (04/02/20).
Fatah juga menanggapi soal kebijakan magang dua semester bagi mahasiswa. Menurutnya, hal itu menjadi program yang bermanfaat untuk menyeimbangkan teori dan praktik di dalam dunia pendidikan.
"Hal sekreatif itu sudah ada di kampus luar, yang mana separuh teori dan separuhnya lagi praktek. Pengetahuan yang didapat antara praktik dan teori balance, kita sering mempelajari teori yang konseptual akan tetapi ketika dihadapkan dunia yg praktis tidak bisa," ujar Fatah.
Terkait kebijakan Kampus Merdeka Nadiem Makarim, Fatah menilai bahwa hal itu juga akan menjadi tantangan sulit bagi perguruan tinggi yang masih berakreditasi C. Di mana dalam Kampus Merdeka, hanya perguruan tinggi terakreditasi A dan B yang diberikan hak dan otoritas untuk membuka program studi baru.
"Jika ada pergruan tinggi yang tidak kreatif maka akan terpinggirkan. Akreditasi A dan B dapat membuka prodi baru tjuga perlu adanya aturan lebih lanjut. Kemudian jika ada prodi yang tidak marketible maka dengan kebesaran hati harus rela digantikan dengan marketible," ungkapnya. [Rep. Agung Pr/ Red. Mahfud]
KOMENTAR