Beberapa hari lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mendeteksi munculnya dua bibit siklon tropis yang berada dekat di wilayah Indonesia, yaitu "91S" di Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Timur dan "92S" di Laut Arafuru sebelah selatan Tual. Munculnya dua bibit siklon ini diprediksi akan mempengaruhi kondisi cuaca.
Dilansir dari detik.com (06/01/20) Deputi Bidang Meteorologi, R. Mulyono Rahadi Prabowo melalui keterangan tertulis, Minggu (05/01/20) menyatakan bahwa posisi kedua bibit siklon tropis ini berada dekat dengan wilayah Indonesia dan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca maupun gelombang laut. Bibit siklon tropis "91S" di Samudera Hindia lebih berpotensi meningkat menjadi siklon tropis dibandingkan "92S" di Laut Arafura.
Siklon tropis sendiri merupakan badai dengan kekuatan yang besar, radius rata-ratanya mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempuyai suhu permukaan air lau hangat, lebih ari 26.5 derajat celsius dengan angin kencang yang berputar disekitar pusatnya mempunyai kecepatan angi lebih dari 63 km/jam.
Adanya bibit siklon tropis, ternyata bisa memicu terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang. Di Indonesia sendiri, “Musim Siklon Tropis" biasanya terjadi pada bulan November sampai April, bersamaan dengan periode musim hujan di Indonesia. Sehingga, keberadaan siklon tropis dapat meningkatkan intensitas curah hujan dan kecepatan angin.
Menurut BMKG, Siklon ini akan menyebabkan dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung siklon tropis, berpengaruh terhadap daerah-daerah yang dilaluinya, dapat berupa gelombang tinggi, gelombang badai atau storm surge yang berupa naiknya tinggi muka laut seperti air pasang tinggi yang datang tiba-tiba, hujan deras serta angin kencang.
Contohnya, ketika terjadi peristiwa langka yaitu tumbuh siklon tropis Kirrily di atas Kepulauan Kai, Laut Banda, pada 27 April 2009. Kirrily menyebabkan hujan lebat dan storm surge di wilayah ini. Tercatat puluhan rumah rusak dan puluhan lainnya terendam, jalan raya rusak, dan gelombang tinggi terjadi dari 26 hingga 29 April. Curah hujan tercatat per 24 jam yang tercatat adalah di Tual adalah sebanyak 20mm, 92mm dan 193mm, masing-masing untuk tanggal 27, 28 dan 29 April 2009.
Meskipun, Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis. Namun, keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak tidak langsung siklon seperti, daerah pumpunan angin, siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pumpunan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru. Pumpunan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyeab hujan lebat di daerah tersebut.
Dilihat dari citra satelit, daerah pumpunan angin terlihat sebagai daerah memanjang yang penuh dengan awan tebal yang terhubung dengan perawanan siklon tropis, sehingga terlihat seolah-olah siklon tropis tersebut mempunyai ekor. Itu yang menjadikan daerah pumpunan angin ini seringkali disebut sebagai ekor siklon tropis.
Selain itu, pada daerah belokan angina. Ketika siklon tropis berada di perairan Samudra Hindia Tenggara kadangkala menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin di sekitar Sumatra bagian Selatan atau Jawa bagian Barat. Daerah belokan angin ini juga dapat mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut.
Kemudian pada daerah defisit kelembaban sendiri, bersamaan dengan adanya siklon tropis di perairan sebelah utara Sulawesi atau di Laut Cina Selatan seringkali teramati bersamaan dengan berkurangnya curah hujan di wilayah Sulawesi bagian utara atau Kalimantan. Meski belum ada penelitian lebih lanjut, namun ditengarai bahwa fenomena tersebut disebabkan karena siklon tropis, lalu menyerap persediaan udara lembab yang terdapat dalam radius tertentu di sekitarnya, termasuk yang terkandung di atmosfer di atas Kalimantan dan Sulawesi bagian utara sehingga di wilayah ini justru udaranya kering dan kondisi cuacanya cenderung cerah tak berawan. [Alfi]
KOMENTAR