![]() |
Istimewa. |
SEMESTER ini boleh jadi adalah waktu yang serba salah bagi Lisa vokalis Blackpink. Pasalnya semester ini ia ditargetkan oleh kedua orang tuanya untuk segera lulus kuliah di UIN Walisongo Semarang.
Namun, apa yang jadi harapan orang tuanya itu belum bisa kesampaian. Ada sejumlah alasan yang membuat ia tidak bisa lulus kuliah secepat itu di kampus hijau ini.
Lisa yang mengambil jurusan di Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) ini ternyata belum menyelesaikan hafalannya.
Padahal di jurusan tersebut Lisa diwajibkan menghafal 1 Juz Al-Qur'an dan 40 Hadis. Kesibukannya manggung di berbagai acara jadi salah satu penyebab ia kesulitan menghafal.
Sebenarnya, ia masuk di jurusan IAT juga terasa berat. Tidak ada background mondok dan sekolah agama membuat ia sulit mengejar mata kuliah yang ada.
Di UIN Walisongo sebelum bisa melaksanakan sidang skripsi, mahasiswa wajib melengkapi berkas seperti piagam tes Toefl-Imka, hafalan, dan ujian komprehensif.
Untuk tes toefl, Lisa memang sudah lulus dengan nilai 493. Nilai toefl yang bisa dibilang di atas rata-rata mahasiswa UIN Walisongo. Meskipun nantinya, sertifikat yang ia dapatkan "tidak berguna". Hanya berlaku sebagai syarat pendaftaran ujian skripsi dan keperluan internal kampus lainnya.
Ia langsung lulus saat pertama kali ujian, padahal ada tiga kali kesempatan jika belum bisa lulus ujian tes itu.
Karena tidak ada background mondok atau belajar tentang agama Islam dan bahasa arab juga lah, ia kesulitan tes Imka. Ia belum lulus setelah mengikuti tes imka sebanyak empat kali. Selama mengikuti tes imka, Lisa tidak sampai mendapatkan nilai di atas 200. Sementara standar kelulusan minimal tes imka berada di ambang angka 300.
Lisa belum tahu, untuk tes Imka apakah bisa segera lulus, karena proses pendaftaran tes online yang sangat susah.
Ia hanya bisa mendaftarkan diri di setiap jam 8.00 WIB dan di tanggal 26 saja. Selain tanggal dan waktu tersebut, ia tidak bisa karena sudah aturan dari Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UIN Walisongo.
Lisa di UIN Walisongo bisa dibilang adalah mahasiswa yang cukup aktif di berbagai organisasi. Tidak hanya organisasi asal negaranya saja yang diikutinya.
Gadis yang memiliki nama asli Pranpriya Manoban ini aktif di organisasi ekstra kampus, Dewan Eksekutif Mahasiswa FUHum, dan juga di Lembaga Pers Mahasiswa Idea. Dia juga aktif di organisasi kepemudaan.
Kesibukan-kesibukan itu lah yang membuatnya nyaman di kampus ini. Ia tidak ingin segera lulus layaknya mahasiswa lain yang mengidamkan lulus di semester delapan, bahkan lulus semester tujuh.
Ia juga tidak ada target harus menjadi wisudawan terbaik FUHum atau wisudawan terbaik se UIN Walisongo sehingga bisa lanjut studi S2 gratis alias mendapat beasiswa di kampus ini sendiri.
Jika mau, gadis kelahiran Thailand ini bisa saja lulus semester tujuh dan bisa sangat membanggakan orang tuanya. Namun pilihan berkata lain.
Selama delapan semester ini, Lisa membiayai kuliahnya sendiri sejak semester 3. Ia mulai kerja sampingan di sekitar Pasar Ngaliyan. Ia berjualan teh Thailand atau biasa dikenal Thai Tea.
"Bingung iya, orang tua minta lulus cepat. Aku sendiri belum ingin lulus, masih ingin proses belajar sebanyak-banyaknya di kampus ini," kata Lisa.
SKS Belum Rampung
Meski sudah semester delapan, mata kuliah vokalis termuda di Blackpink ini ternyata belum selesai semuanya.
Kesibukan di organisasi membuat ia jarang masuk kelas. Ia juga malas masuk kuliah lantaran dosen di fakultasnya ada yang membosankan.
Fasilitas seperti ruang kelas di FUHum juga tidak begitu nyaman. Bangku kuliah di gedung F masih menggunakan fasilitas lama. Hanya di gedung O saja yang gedungnya baru dan bangku kuliahnya.
Namun begitu, proyektor di gudang O juga tidak sebaik yang dikira. Ada yang warna dari sorotan cahayanya sudah tidak jernih lagi, bercampur bintik-bintik yang tidak jelas.
Belum lagi proyektor di gedung tersebut sering hilang. Entah karena keamanan kampus, atau jahilnya mahasiswa, atau memang ulah orang tidak bertanggung jawab.
"Kuliah di FUHum enggak asyik lagi si. Diskusi sudah mati padahal Ushuluddin. Dosen juga tugasnya ala zaman kuno, enggak milenial. Mahasiswa kebanyakan juga asyik dengan dunianya sendiri," ucapnya.
Selama kuliah hingga semester delapan
Sebagai mahasiswa yang sudah empat tahun kuliah di UIN Walisongo, pahit manis sudah dilaluinya.
Lisa pernah kehilangan tas beserta laptopnya di Masjid Al Fitrah kampus dua. Ia sudah melaporkan kejadian itu, namun tidak membuahkan hasil.
Masjid itu sebenarnya ada CCTV, namun tidak bisa dengan jelas. Ia kehilangan saat sedang melakukan sholat Dzuhur.
Tidak hanya laptop, helm yang ia parkir di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FUHum juga pernah hilang. Namun ia beruntung hanya helmnya saja yang hilang.
Teman Lisa bahkan ada yang kehilangan motor di kampus yang dibilang aman itu. Setelah berkali-kali ada kehilangan, kampus menerapkan parkir berbayar dengan memasang barier gate.
Sejak adanya pemasangan tersebut, memang sedikit menurun. Namun mahasiswa sering kali bermacet-macetan saat ingin keluar kampus terutama jam istirahat siang hari dan jam pulang ketika sore hari.
Barier gate yang ada juga sering rusak. Saat ini bahkan mahasiswa bisa masuk tanpa harus mengambil kartu parkir. Mahasiswa bisa langsung masuk dan keluar membayar Rp 1.000 saja. Jika mahasiswa memiliki kartu parkir, boleh tidak membayar dan langsung lewat.
Kesibukan di organisasi membuat ia jarang masuk kelas. Ia juga malas masuk kuliah lantaran dosen di fakultasnya ada yang membosankan.
Fasilitas seperti ruang kelas di FUHum juga tidak begitu nyaman. Bangku kuliah di gedung F masih menggunakan fasilitas lama. Hanya di gedung O saja yang gedungnya baru dan bangku kuliahnya.
Namun begitu, proyektor di gudang O juga tidak sebaik yang dikira. Ada yang warna dari sorotan cahayanya sudah tidak jernih lagi, bercampur bintik-bintik yang tidak jelas.
Belum lagi proyektor di gedung tersebut sering hilang. Entah karena keamanan kampus, atau jahilnya mahasiswa, atau memang ulah orang tidak bertanggung jawab.
"Kuliah di FUHum enggak asyik lagi si. Diskusi sudah mati padahal Ushuluddin. Dosen juga tugasnya ala zaman kuno, enggak milenial. Mahasiswa kebanyakan juga asyik dengan dunianya sendiri," ucapnya.
Selama kuliah hingga semester delapan
Sebagai mahasiswa yang sudah empat tahun kuliah di UIN Walisongo, pahit manis sudah dilaluinya.
Lisa pernah kehilangan tas beserta laptopnya di Masjid Al Fitrah kampus dua. Ia sudah melaporkan kejadian itu, namun tidak membuahkan hasil.
Masjid itu sebenarnya ada CCTV, namun tidak bisa dengan jelas. Ia kehilangan saat sedang melakukan sholat Dzuhur.
Tidak hanya laptop, helm yang ia parkir di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FUHum juga pernah hilang. Namun ia beruntung hanya helmnya saja yang hilang.
Teman Lisa bahkan ada yang kehilangan motor di kampus yang dibilang aman itu. Setelah berkali-kali ada kehilangan, kampus menerapkan parkir berbayar dengan memasang barier gate.
Sejak adanya pemasangan tersebut, memang sedikit menurun. Namun mahasiswa sering kali bermacet-macetan saat ingin keluar kampus terutama jam istirahat siang hari dan jam pulang ketika sore hari.
Barier gate yang ada juga sering rusak. Saat ini bahkan mahasiswa bisa masuk tanpa harus mengambil kartu parkir. Mahasiswa bisa langsung masuk dan keluar membayar Rp 1.000 saja. Jika mahasiswa memiliki kartu parkir, boleh tidak membayar dan langsung lewat.
Setelah lulus mau ke mana?
Pertanyaan itulah yang terasa berat bagi Lisa. Sebagai mahasiswa di FUHum dan UIN Walisongo ia tidak tahu harus kemana.
Apakah ia harus membawa ijazahnya ke sana kemari untuk melamar kerja. Padahal selama kuliah di FUHum, ia mendapati UKT-nya di sekitaran Rp 1 jutaan.
Cukup lumayan bagi Lisa karena ia membiayainya sendiri. Apalagi sekarang, UKT di UIN Walisongo Semarang bisa sampai Rp 7 juta lebih di Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek).
Mereka yang sekarang bayarnya semahal itu mungkin akan sama seperti Lisa yang bingung harus membawa ijazahnya ke mana.
"Enggak tahu si mau kemana setelah lulus. Yang penting sekarang nyanyi dulu, wkwkwk," tutupnya. [Fine]
*Ah, andai saja kisah Lisa di atas benar-benar terjadi. Mungkin aku juga bisa satu kelas dengannya.
KOMENTAR