Untuk menjadi seorang sarjana, mahasiswa biasanya dapat dalam kurun waktu kuliah 3,5 hingga 4 tahun. Namun berbeda dengan seorang kakak dari mahasiswa bernama Sudarlin Laoddang.
Ia mengisahkan tentang kakaknya yang baru bisa diwisuda di usianya yang ke 39 tahun. Kakak Sudarlin masuk kuliah pada tahun 1998, namun kemudian kuliahnya terbengkalai setelah sang ibu meninggal dunia.
Saat itu, Sudarlin dan adiknya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kakaknya tersebut memutuskan untuk tidak wisuda dulu dan memilih bekerja demi membiayai sekolah kedua adiknya tersebut.
Diceritakan, sang ibu meninggal dunia pada tahun 2000, yakni dua tahun setelah kakaknya menjadi mahasiswa. Sejak saat itulah sang kakak yang kemudian menjadi tulang punggung keluarga.
Saat itu, fase-fase terberat harusnya dilalui oleh keluarga kecil Sudarlin. Hingga pada tahun 2004, ia menyusul sang kakak ke Jogja untuk kuliah disana. Sama halnya Sudarlin, sang adik juga berkuliah dua tahun setelahnya.
Semua biaya kuliah kedua adik itu ditanggung oleh kakaknya. Sampai akhirnya, Sudarlin dan adiknya menjadi sarjana lebih dulu berkat pengorbanan sang kakak tersebut.
Dan alhamdulillah, di tahun 2019 ini, sang kakak akhirnya baru bisa menyelesaikan kuliahnya setelah 21 tahun ditinggalkan. Selamat. Meski diterpa banyak masalah namun dia tetap meneruskan kuliah dan akhirnya wisuda setelah 21 tahun lamanya.
Menjadi sarjana adalah impian setiap mahasiswa. Dan semua orangtua juga akan bangga melihat anaknya memakai toga di kepalanya. Namun, menjadi sarjana itu tidaklah gampang, banyak hal yang harus ditempuh. Mereka harus konsisten kuliah, mendapatkan nilai bagus, dan lain sebagainya.
Banyak mahasiswa yang sudah kuliah bertahun-tahun masih saja belum bisa lulus dan wisuda. Hal yang seperti ini memang meresahkan bagi orang yang mengalaminya. Tentu ada banyak alasan kenapa demikian.
Kisah kakak Sudarlin di atas misalnnya, yang sungguh inspiratif, rela banting tulang demi kedua adiknya bisa menyelesaikan sekolah sampai sarjana. Namun, ia sendiri harus rela menunggu 21 tahun lamanya memakai toga.
Sebuah kebesaran hati yang patut diacungi jempol dan ditiru. Tidak banyak orang yang bisa dan kuat dalam menghadapi masalah yang seperti ini.
Kisah ini juga menjadi teguran buat kita semua yang masih terbengkalai kuliahnya meskipun nggak sedang berjuang seperti kakak Sudarlin.
Jangan berhenti semangat. Ingat orang tua di rumah yang sudah banting tulang membiayai kuliah kita. Ayo, semangat! [Rep. Fine/Red. K]
KOMENTAR