![]() |
Aryanto menyampaikan materi dalam acara diskusi mingguan Hmj SAA di gedung O FUHUM UIN Walisongo Semarang, Rabu (27/03/19). |
Semarang - IDEAPERS.COM - Salah satu tokoh Agama dari Kristen, Pendeta Aryanto menegaskan bahwa terorisme bukanlah dari ajaran agama, tapi nafsu. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara diskusi mingguan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Studi Agama-agama (SAA) yang bertempat di Gedung O, Fakuktas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) Rabu, (27/O3/19).
Dalam diskusi yang bertajuk "Terorisme dalam Perspektif Nasrani" itu, Aryanto mengatakan agama sering digunakan sebagai alat untuk melakukan kekerasan.
"Terorisme itu bersumber dari nafsu bukan agama, demi kepentingan manusia, agama sering diperalat untuk membenarkan kekerasan dan konflik kepentingan manusia," ujarnya di hadapan puluhan mahasiswa.
Aryanto menjelaskan tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan. Ada kekuatan kepentingan kelompok yang mendukung ke arah kekerasan dan terorisme tersebut.
"Sifat agama yang memperkuat identitas kelompok berpotensi menciptakan pemisahan, yang jika diamplifikasi oleh kepentingan politik, ekonomi dan sosial bisa menjadi alas kekerasan dan terorisme," jelasnya.
Lebih lanjut, Aryanto menambahkan bahwa di kekristenan ada ajaran kasih dari Yesus yang harusnya menjadi landasan umat, tidak hanya pada umat kristiani tetapi juga umat Islam yang merujuk pada risalah kenabian Isa Al-Masih. Ayat damai itu berbunyi ""Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah mereka yang menyeterui kamu dan doakanlah orang-orang yang menganiaya kamu".
Aryanto menjelaskan, ayat di atas menjadi teladan yang diajarkan oleh Yesus atau Isa dalam keyakinan Muslim. Meskipun tidak menampik ada juga ayat dari Injil yang memerintahkan untuk perang.
"Dalam kekristenan ada ayat damai dalam rujukan umat kristiani, salah satunya matius 5:44. Ada juga ayat tentang perintah berperang sama seperti Alquran. Tapi, bedakan dengan ayat defensive dengan agresif. Jangan tafsirkan kitab suci dengan keinginan pribadi, lihat konteks ayat tersebut dalam artian tafsirnya," pungkasnya. [Rep. Dani/Red. Gulla]
KOMENTAR