Nadir menyebutkan bahwa saat ini masyarakat tengah berada pada zaman yang gila. Berita hoaks menyebar hampir di semua lini kehidupan masyarakat. Bahkan Nadir menyebut kecepatan jempol dalam menyebar informasi saat ini, bisa menentukan seseorang masuk surga atau neraka.
"Oleh karena itu, penting sekali untuk bertabayyun sebelum menshare ke media sosial," ungkap Nadir dalam acara bedah buku "Saring Sebelum Sharing" yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) di Auditorium I kampus satu UIN Walisongo, Jumat (15/03/19).
Nadir memberikan contoh sejumlah hadis tentang kaum kafir yang belakangan menimbulkan perbedaan persepsi bahkan memicu debat kusir di kalangan netizen di media sosial. Misalnya hadis tentang perintah untuk memerangi orang-orang kafir, atau anjuran Nabi Muhammad untuk memepet orang kafir ketika berpapasan di jalan. Terjemahan hadis semacam ini dicapture begitu saja, lalu disebarluaskan tanpa ada pemahaman lebih jauh.
"Hadis semacam ini berbahaya jika kita hanya memahami secara tekstual. Padahal tidak semua larangan itu haram. Dan melanggar larangan adalah kafir. Seorang ulama ada yang mengatakan bahwa ada kalanya larangan itu hanya bersifat makruh," jelas Nadir.
Selanjutnya, Nadir juga mengajak mahasiswa beserta civitas akademik UIN Walisongo untuk memberikan sumbangsih meminimalisir kesalahan dalam memahami teks agama. Nadir mengimbau agar mahasiswa dan civitas akademik UIN Walisongo untuk bersama-sama menjelaskan masalah pemahaman teks agama yang beredar di media sosial.
"Kita memiliki seperangkat keilmuan yang tentu tidak seperti masyarakat di luar sana. Maka menjadi tugas kita untuk menjelaskan masalah-masalah yang beredar di media sosial," ajak Nadir.
Acara bedah buku tersebut turut dihadiri oleh ratusan mahasiswa UIN Walisongo dari berbagai jurusan. Serta dihadiri pula oleh pimpinan LP2M, maupun pimpinan UIN Walisongo lainnya. [Rep. Laily/Red. AN]
KOMENTAR