gambar: http://opgic.blogspot.com |
Menurut Ganjar, ternyata masih banyak infrastruktur jalan yang kondisinya belum layak. Sehingga, masyarakat menaruh perhatian cukup banyak pada persoalan itu.
"Hampir semua laporan yang masuk ke saya di wilayah Solo Raya ini adalah persoalan infrastruktur jalan. Makanya saya minta ada perhatian serius dari Bupati/Wali Kota untuk menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait infrastruktur jalan ini," kata dia sebagaimana dalam keterangan tertulis.
Tidak hanya membangun, namun perbaikan infrastruktur jalan lanjut Ganjar juga harus disertai kebijakan lain. Sebab selain karen faktor cuaca dan alam, kerusakan jalan sebagian besar disebabkan karena kendaraan yang ada di atasnya mengalami over dimension dan overload (ODOL).
"Jadi harus dilakukan kebijakan lain untuk menjaga infrastruktur awet. Saya minta masing-masing Kabupaten/Kota membuat tim reaksi cepat untuk merespon persoalan ini dan membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga kualitas infrastruktu tetap awet," tegasnya.
Dalam kesempatan itu pula, Ganjar mewanti-wanti bahwa Musrenbangwil bukan hanya ajang bagi-bagi uang. Namun kegiatan itu harus benar-benar digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dialami masyarakat.
"Berbagai persoalan harus diselesaikan, mulai idiologi, ekonomi, pemberdayaan, perlindungan perempuan dan anak, penyandang disabilitas dan sebagainya. Semuanya harus terbuka dan cepat dalam merespon dan menindaklanjuti aduan warga," pungkasnya.
Selain dihadiri oleh Gubernur, Musrenbangwil se eks Karesidenan Surakarta dihadiri oleh Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, Bupati/Wali Kota se eks Karesidenan Surakarta dan Anggota DPD RI, GKR Ayu Koes Indriyah. Juga, acara dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat mulai penyandang disabilitas, perwakilan forum anak, LSM dan sebagainya.
Dalam sambutannya, GKR Ayu Koes Indriyah meminta pemerintah tidak hanya fokus pada persoalan pembangunan infrastruktur. Namun, pembangunan di sektor kebudayaan juga harus diperhatikan.
"Saya titip, kalau bisa dianggarkan untuk seperangkat gamelan di desa-desa. Sebab saya sedih, setiap ada acara, musiknya dari kaset," kata dia.
Jawa Tengah, lanjut Koes, merupakan sumber kebudayaan tradisional yang diakui oleh dunia. Berbagai cara harus dilakukan untuk melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang.
"Apa yang ada di Jateng ini, semua kearifan lokal dan budaya tradisi harus dilestarikan. Meskipun tidak mudah, namun kalau tidak ada upaya saya khawatir kebudayaan ini akan lenyap," pungkasnya. [Rep. ZP/Red. eL]
KOMENTAR