Semarang, IDEAPERS.COM - Membaca kegaduhan yang ditimbulkan cacat pandang dalam memahami literasi, memicu redaksi LPM IDEA untuk mengulasnya dalam majalah IDEA edisi 41.
Terlebih jika pemahaman literasi di era digital ini, masih berkutat pada teks, buku maupun media cetak lain.
Pemred majalah IDEA edisi 41, Etika Filashofia mengatakan, problem literasi bukan hanya soal teks dan buku. Ia menawarkan sudut pandang lain dalam memaknai literasi. Etika mengungkapkan literasi dalam majalah IDEA edisi 41 ini lebih sebagai jalannya dialektika peradaban.
"Jadi antara media, medium, dan zaman saling beriringan," tuturnya kepada IDEAPERS.COM, Senin (29/10/18)
Lebih lanjut ia mengatakan, zaman yang berubah menghasilkan pemahaman baru tentang bagaimana manusia era sekarang berliterasi.
"Sudah banyak contoh, generasi sekarang lebih suka mencari informasi berupa teks, audio, maupun video lewat gadget mereka, daripada memilih membaca buku," tambahnya.
Ia sangat menyayangkan jika ada generasi tua yang mengatakan kondisi semacam itu sebagai kemunduran. Bahkan hingga mengaitkan dengan rendahnya literasi era sekarang.
"Tak jarang pula yang memaksa generasi sekarang untuk melakukan yang mereka lakukan, yakni memaksa untuk membaca buku," tegasnya.
Ia tidak memungkiri jika buku masih menjadi jendela dunia, namun generasi sekarang punya cara tersendiri untuk berliterasi sesuai dengan eranya.
Selanjutnya, Etika mengajak seluruh insan pers maupun mahasiswa untuk berdialektika dalam bedah majalah IDEA edisi 41 tentang "Sesat Pikir Literasi Indonesia".
Acara akan berlangsung pada hari Selasa (30/10/18) pukul 15.00 WIB di halaman fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang. [Rep. Tirta / Red. NK]
KOMENTAR