
Lisan mengandung tabu berlumur abu, menangis di dalam kalbu
Rinai yang turun melahirkan senja yang biru, bukan kuning atau jingga kelabu
Aku sedang mengadu rindu pada hening, mengenang masa lalu
Rusuh kala itu
Semua beradu
Menggapai pedang
Pedang bambu
Semua maju
Ibu-ibu
Anak-anak
Bapak-bapak
Tanpa ampun
Dalam riak yang menggebu, langit menghadiahkan doa semu
Tapi tidak denganku
Seorang gadis lugu, mendapati rumah bertanah merah masih berbau
Sumpahmu masih mendidih di ujung dadaku
Namamu selalu hadir, di tangis bayi-bayi yang lahir
Hari-hari, adalah kau. [Zey]
KOMENTAR