![]() |
Ilustrasi: Nietzcshe Sumber: openculture.com |
Sang pembunuh Tuhan, begitulah orang-orang memanggil filusuf asal Jerman ini. teorinya yang mengatakan bahwa "Tuhan sudah mati dan kita telah membunuhnya" masih sering dipakai dalam mengkritik budaya modern, agama, serta filsafat hingga saat ini.
Gaya tulisannya yang padat dan penuh dengan metafora membuat para pembaca bingung dan harus menafsirkan kembali apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Nietzscshe. Dalam buku besutan St. Sunardi menjelaskan bahwa kematian tuhan yang dimaksud dalam hal itu merupakan gambaran runtuhnya nilai-nilai tertinggi dan kegagalan manusia dalam memahami makna kehidupan. Namun, tidak dipungkiri bahwa masih banyak penafisran berbeda dari beberapa tokoh mengenai gagasan kematian Tuhan yang dipopulerkan oleh Nietzcshe itu.
Sebagai seorang filusuf, kehidupan Nietzcshe dihiasi dengan sederet keberhasilannya di dunia akademik. Pada tahun 1869 ia dipanggil untuk mengajar di Universitas Basel, Swiss, untuk menjadi pengajar walaupun dirinya belum mendapatkan gelar doktor. Hingga satu bulan setelah itu, ia dilantik menjadi seorang doktor oleh Leipizg tanpa tes dan formalitas apapun.
Tidak hanya itu, Gagasan brilian Nietzcshe pun banyak menginspirasi tokoh filsuf post-modern setelahnya. Salah satunya, Martin Heidegger. Filsuf yang pernah mengajar di Feirburg ini memang sangat berambisi untuk memahami pemikiran-pemikiran Nietzcshe. Ia tidak hanya membaca buku-buku yang ditulis oleh Nietzcshe, akan tetapi meneliti lebih dalam catatan-catatan yang ditingalkannya. Ia menganggap bahwa pemikiran Nietzcshe merupakan sumber filsafat yang tidak akan pernah habis.
Gagal Berasmara
Namun, keberhasilan Nietzcshe dalam dunia akademik tak berjalan seimbang dengan kisah cintanya. Semenjak ia keluar dari Basel tahun 1879, kehidupannya banyak diwatnai kesepian dan kesuraman. Dalam kesepian itu, ia selalu berpindah-pindah tempat ditemani oleh saudara perempuannya Elizabeth dan dua sahabat karibnya, Lou Salome dan Paul Ree.
Seiring berjalannya waktu, Nietzcshe tertarik dengan Lou Salome, seorang perempuan cantik yang gemar menulis novel. Kesempatan Nietzcshe untuk lebih dekat dengan Lou Salome semakin besar ketika Elisabeth sering berpergian keluar kota. Hubungan mereka berdua semakin dekat, hingga akhirnya Nietzcshe memberanikan diri untuk melamar Lou Salome.
Tanpa disadari oleh Nietzcshe, Lou Salome juga mencintai Paul Ree. Lou Salome bersedia menerima lamarannya, apabila ia juga diperbolehkan menikahi Paul Ree. Hal ini didengar oleh Elisabeth dan dilaporkan kepada ibunya (Franziska Oehler). Ketika mendengar hal itu, Franziska langsung memarahi Nietzcshe. Tak hanya itu dua sahabat karibnya pun pergi meninggalkan Nietzcshe karena hal itu.
Kegagalan cinta Nietzche terus berlanjut, ia berkali-kali patah hati karena ditolak oleh perempuan impiannya. seperti yang dicatat oleh Alain de Botton, penampilan Nietzcshe yang tidak menarik menjadi hambatan utamanya dalam hal asmara. Nietzcshe memelihara kumis yang sangat tebal, bersikap malu-malu dan kaku.
Tahun 1876 semisal, Nietzcshe mencintai Mathilde Trampedach perempuan cantik berumur 23 tahun. Namun, ia menolak cinta Nietzcshe tanpa alasan yang jelas. Tak sampai disitu, Nietzcshe bahkan pernah mencintai istri sahabat karibnya, Cosima. Dibalik kedok persahabatannya, ia terus mendekati Cosima, hingga suatu ketika ia mengirim pos dengan nama samaran kepada Cosima. Tentu saja, hal itu ditolak mentah-mentah oleh Cosima.
Tidak sampai disitu, pada tahun 1882, Nietzcshe terpesona dengan seorang perempuan yang megumi karyanya. ia berharap dirinya dapat diterima dan menikah dengannya, Andreas Salou namanya.Harapan Nietzcshe semakin besar ketika Andreas bersedia untuk diajak berlibur di kawasan wisata hutan, Tautenburg, Lucerne. Namun, ketika Nietzcshe menyatakan ingin menikahi Andreas, jawaban yang diperoleh Nietzcshe begitu menyakitkan. Andreas tak pernah suka terhadap Nietzcshe. Ia hanya sebatas kagum terhadap karyanya, namun ia tak pernah berpikir untuk menikah Nietzcshe. [Abdi]
KOMENTAR