![]() |
Tajudin Arafat (kedua dari sebelah kanan) sedang berdiskusi bersama para mahasiswa di depan gedung F Fakultas Ushluddin dan Humaniora |
Semarang, IDEApers.com - Adanya SK Rektor yang melarang mahasiswi mengenakan cadar di lingkungan UIN Walisongo, membuat mahasiswi bercadar mencari cara lain untuk menutupi wajahnya. Salah satunya dengan mengenakan masker sebagai pengganti cadar.
Namun cara tersebut menurut doktor Ilmu Hadis UIN Walisongo, Ahmad Tajuddin Arafat, dinilai tidak cerdas. Ia menilai mahasiswi yang mengenakan cadar, tidak tahu apa yang dia lakukan dan tidak memiliki argumen yang kuat.
"Saya menyayangkan cuma satu, (mahasiswi bercadar) tidak cerdas. Jika ditanya apa argumentasinya, dia tidak tahu," tutur Tajuddin dalam diskusi tentang cadar di depan gedung F Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Kamis (26/10/17) sore.
Tajuddin menegaskan bahwa mahasiswa harus cerdas, tidak hanya secara normatif dan dogmatif. Ia juga menyayangkan adanya penilaian bahwa orang yang mempertahankan identitas sosial dianggap orang yang tidak cerdas.
"Orang beragama itu cerdas, tidak hanya normatif dogmatif. Orang yang mempertahankan social identity itu tidak berbicara tentang cerdas," tegasnya dalam diskusi yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbgai jurusan di UIN Walisongo itu.
Diskusi tersebut diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir (HMJ IAT) menyikapi polemik SK Rektor nomor 19 tahun 2005 yang melarang mahasiswi mengenakan cadar di lingkungan UIN Walisongo yang sedang ramai diperbincangkan. [Rep. Umi/Firda, Red. KN]
KOMENTAR