
Semarang, IDEApers.com - Pementasan naskah Nekrofilia oleh Teater Metafisis UIN Walisongo, ditutup dengan tepuk tangan meriah dari ratusan penonton yang hadir dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Emen, salah satu kru Metafisis mengatakan, jumlah penonton yang hadir di auditorium kampus satu UIN Walisongo melebihi kapasitas yang telah disediakan.
"Kuota untuk semua peserta dari Semarang dan luar Semarang, kami siapkan 250-an. Tapi malah jumlahnya lebih banyak," ungkap Emen.
Antusias penonton juga ditunjukkan dari banyaknya tanggapan yang diberikan dalam diskusi usai pementasan. Kun, salah satu penonton yang datang dari Kudus, mempertanyakan kondisi mayat yang melek. Ia menganggap hal itu sebagai sebuah kejanggalan.
"Tadi adegan mayatnya yang dibawa itu, kenapa kok melek lagi? Padalah dia kan sudah mati?" tanya anggota komunitas teater STAIN Kudus itu.
Selain itu, Lea, mahasiswa UIN Walisongo, juga mempertanyakan simbol-simbol yang tersembunyi dalam setiap adegan pementasan naskah Nekrofilia tersebut.
"Mayat itu simbol sebenarnya apa? Apakah untuk menyimbolkan Bumi dan lain sebagainya?" ugkapnya.
Mughis Suvvy, Sutrada dalam pementasan tersebut mengatakan, bahwa teater yang mereka tampilkan Jumat (09/06/17) malam itu merupakan sesuatu yang bebas tafsir. Ia mempersilahkan kepada penonton untuk menafsirkan setiap adegan sesuai dengan keinginan mereka masing-masing.
Hal serupa diungkapkan pula oleh Day Millovich, penulis naskah Nekrofilia yang hadir dalam pementasan tersebut. Ia berusaha menghindari adanya pembacaan yang sama di antara para penonton terhadap naskah yang dipentaskan malam itu. Day menilai, justru naskah tersebut akan lebih menarik apabila ada pembacaan baru dari apa yang ada di balik naskah.
"Artinya walaupun ini sebuah realisme mungkin ada sebuah pembacaan sosial atau dibalik naskah ini yang bisa saya bawa pulang kemudian menjadi sebuah pembacaan yang baru," tegasnya. [Rep. Abdi/Red. Al]
KOMENTAR