![]() |
Ilustrasi malam keakrab (Makrab) mahasiswa satu jurusan. |
Semarang, IDEAPERS.com - Salah satu Mahasiswa Fakuktas Ushuluddin Dan Humaniora (FUHum) jurusan Tafsir Hadis, Nur, merasa risih karena dipaksa seniornya untuk mengikuti pelaksaan Malam Keakraban (Makrab) Himpunan Mahasiswa Jurusan Tafsir dan Hadis (HMJ TH).
Ia mengaku bahwa seakan-akan makrab itu wajib. Padahal ia juga memiliki kegiatan di lembaga lain yang sama waktunya.
"Saya dipaksa ikut makrab, padahal saya ikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain, saya bingung pilih yang mana," ujar Nur kepada kru IDEAPERS.com di Gazebo, belakang kantor Dekan FUHum, Kamis (13/10/16).
Ia menambahkan jika dirinya telah diberitahu oleh seniornya yang lain, bahwa kegiatan makrab yang diadakan HMJ hanya sekedar perkenalan antara sesama mahasiswa yang satu jurusan dan itu tidak terlalu penting.
"Kata kakak kelasku, makrab isinya hanya sekedar perkenalan yang se-jurusan dan jalan-jalan, jadi aku dibuat bingung harus pilih yang mana. Karena melihat acara makrab yang sekedar perkenalan dan jalan-jalan dan ngabisin uang," ujarnya.
Sementara itu mahasiswa FUHum jurusan Perbandingan Agama (PA), Khoirul Umam, menceritakan pengalamannya ketika mengikuti makrab PA angkatan 2013. Menurutnya makrab bisa menjadi bahan untuk saling berkenalan antara mahasiswa satu jurusan.
"Kalo makrab ya itu sih, bisa kenalan antara mahasiswa yang satu jurusan. Bisa liburan dan jalan-jalan pula, bisa mendapatkan informasi seputar jurusan juga," tutur Umam kepada IDEAPERs.com di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FUHum.
Namun, menurut Umam, soal pelaksanaan makrab saat ini telah terjadi adanya pemaksaan terhadap maba untuk mengikuti makrab-makrab HMJ. "Seharusnya tinggal dikasih arahan saja jika ada makrab, jangan dipaksa-paksa. Biarkan saja mereka memilih karena sudah dewasa," ujar mahasiswa semester tujuh itu.
Ia turut berharap agar adanya pemaksaan terhadap Maba bisa dijadikan bahan evaluasi dan perhatian. Karena maba telah dewasa dan mereka bisa memilih mana yang diinginkan tanpa adanya paksaan. (Rep. Lichin/Red. Rozikan)
KOMENTAR