Panggung perform telah siap digunakan dalam "Metafisis Show Up" |
Polemik antara Metafisis dan FPK ini terjadi pada Selasa pagi (20/9/2016), tepat sebelum rangakaian kegiatan penerimaan anggota baru ini berlangsung. Geber warna hitam telah terpasang rapi. Panggung hijau berukuran 2x2 meter sudah siap dijadikan tempat Show up. Begitu pula warga Teater Metafisis yang telah siap dengan kostum dan segala properti pementasan. Semuanya harus sia-sia karena dipermasalahkan oleh pihak FPK.
Setelah mendapat larangan pendirian panggung di depan Gedung F tersebut, warga Teater Metafisis sempat mendatangi pihak dekanat FPK untuk klarifikasi. Mereka menemui Darmuin selaku Dekan FPK. Negosiasi juga dilakukan. Namun, pihak FPK tetap ngotot agar panggung segera dibongkar.
”Alasannya, properti yang dipakai merusak estetika. Background panggung menghalangi keindahan gedung dan mengganggu jalan masuk ke gedung FPK,” ujar Umar, Lurah Metafisis, saat ditemui reporter IDEAPERS.com.
Selain merusak keindahan, lanjut Umar, background panggung dianggap mengahalangi jalan. Selain itu, kegiatan juga dianggap mengganggu perkuliahan.
”Padahal background sudah kami geser sesuai permintaan dan kami sudah menjamin kegiatan tidak akan mengganggu proses kuliah. Namun mereka tetap tidak mau mengizinkan," keluhnya.
Tak berhenti di sana, pihak Metafisis mencoba untuk bekerja sama dan minta tolong agar panggung yang telah susah payah ditata tidak dipindah. Namun pihak dekanat FPK tetap keukeuh dengan pendiriannya.
"Kami sampai minta tolong. Tapi Dekan FPK malah mengatakan ‘apa untungnya kerja sama buat fakultas kami? (FPK, Red)’. Bahkan pihak FPK menantang jika tidak segera dibongkar akan berususan dengan dekanat FUHum," jelas Umar.
Mendengar jawaban tersebut, pihak Metafisis tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, Metafisis terpaksa membongkar propertinya. Pementasan akhirnya dipindah ke samping Gedung KL dengan persiapan seadannya dan penonton yang tidak sesuai harapan. Alasan penempatan di depan Gedung F, selain memang sudah biasa digunakan setiap tahun, juga satu-satunya tempat yang dinilai paling strategis.
Salah satu warga Teater Metafisis membongkar background panggung pementasan yang dianggap kumuh oleh Dekan FPK UIN Walisongo |
Yayang menilai sikap FPK tersebut terlalu berlebihan. Karena semuanya bisa dikomunikasikan dengan baik dan tidak harus dengan pengusiran secara paksa. “Kalau demikian, apa bedanya orang yang berpendidikan dengan yang tidak. Seharusnya kan lebih bisa menghargai proses kreatif mahasiswa,” katanya.
Yazid, senior lainnya, mengatakan, kampus seharusnya menyediakan mimbar bebas bagi mahasiswa yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhannya. Harapannya agar kejadian serupa tidak terulang kembali. ”Bagi saya, sah-sah saja memakai halaman gedung F sebagai panggung perform,” tutur pria asal Pemalang ini.
Gedung F sendiri mulanya merupakan milik FUHum. Namun, sejak dibukanya fakultas baru di UIN Walisongo, gedung tersebut kini ditempati FPK. Informasinya, pemakaiannya hanya bersifat sementara sampai FPK memiliki gedung sendiri di kampus III. Sebelum menempati halaman tersebut, sebenarnya pihak Metafisis sudah mengajukan izin ke FUHum. Pengajuan izin pun disetujui.
Tanggapan Mahasiswa
Terkait panggung Metafisis yang dianggap kumuh dan mengganggu perkuliahan, beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka tidak merasa terganggu. Bahkan ada pula yang sangat menunggu pementasan Teater Metafisis.
“Tidak. Tidak terganggu kok. Karena wajar di masa penerimaan anggota baru,” ujar Umi, salah satu mahasiswi FPK.
Selain Umi, beberapa mahasiswa justru menganggap pengusiran panggung Teater Metafisis sebagai tindakan intimidasi terhadap kegiatan mahasiswa. Panji, mahasiswa FUHum sangat menyayangkan sikap tersebut. “Tidak setiap hari UKM perform seperti itu, mahasiswa juga menunggu Metafisis tampil. Kalau merasa terganggu, menurut saya birokrat tidak dewasa sama sekali,” ungkapnya.
Putri, mahasiswa semester tujuh FUHum mengatakan, seharusnya kegiatan mahasiswa tidak dihalang-halangi. Apalagi, kegiatan UKM yang selama ini boleh dibilang membanggakan kampus. ”Setahu saya karya Metafisis sudah banyak diakui di tingkat regional maupun nasional. Kalau mereka dihalang-halangi, khususnya saat penerimaan anggota baru, saya khawatir akan mengganggu proses regenerasi yang sudah berlangsung lama ini,” kata mahasiswi semester tujuh ini. (Rep. Rozikan,Udin/Red. Nashokha)
KOMENTAR