Aksi penyegelan gedung rektorat oleh demonstran |
Semarang,Ideapers.com. Keluarga Besar Mahasiswa
Walisongo (KBMW) melaksanakan aksi unjuk rasa Kamis (14/04/16), siang tadi. Unjuk
rasa tersebut diikuti oleh para aktivis mahasiswa dari seluruh fakultas di UIN
Walisongo. Mereka menuntut adanya reformasi birokrasi serta mempersoalkan
kebijakan akademik dan kemahasiswaan UIN Walisongo.
Dalam demonstrasi tersebut,
aktivis mahasiswa menuntut 12 poin utama yang harus segera diselesaikan oleh pihak
rektorat. Tuntutan tersebut di antaranya adalah transparansi anggaran Uang
Kuliah Tunggal (UKT), penghapusan iuran tambahan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL), pelengkapan fasilitas kampus, hingga pelibatan mahasiswa dalam
pengambilan kebijakan kampus. “Kedua belas poin tersebut merupakan permasalahan
pelik, yang selama ini dirasakan oleh mahasiswa,” terang Arif Suyono, bidang
Sosial Politik DEMA UIN Walisongo.
Menanggapi tuntutan tersebut,
Suparman Syukur selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan berdialog langsung dengan
mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa tuntutan mereka harus dikoordinasikan terlebih
dahulu, tidak bisa langsung disetujui begitu saja. “Kita berada dalam sebuah institusi,
semuanya harus melalui proses permusyawaratan,” ujar Suparman. Ia pun mengakui
keterlembatan dari pihak rektorat dalam memberikan informasi transparansi dana
UKT kepada mahasiswa. “Nanti setelah ini pihak rektorat akan menginformasikan
transparansi dana kepada mahasiswa,” tutur Suparman ketika diwawancarai kru IDEA
sebelum demonstran tiba di kampus satu.
Tak puas dengan jawaban Suparman,
massa pun memaksa untuk bertemu dengan Muhibbin, Rektor UIN Walisongo. Mereka memaksa
Muhibbin agar mau menandatangani tuntutan mahasiswa. Namun sayangnya Muhibbin
enggan menemui mahasiswa secara langsung, ia hanya meminta kepada salah satu
perwakilan untuk melakukan audiensi.
Arif Suyono, sebagai perwakilan
mahasiswa mengungkapkan bahwa Muhibbin enggan menemui mahasiswa karena tengah
kedatangan tamu dari luar kota. Ia pun mengaku audiensi hanya berlangsung
singkat. “Pak Rektor hendak mengantarkan tamunya ke bandara, ia meminta tenggang
waktu satu minggu untuk mempelajari draft, setelah itu pergi,” terang
Arif.
Aksi unjuk rasa mahasiswa
diakhiri dengan penyegelan kantor rektorat. “Apabila segel ini dicopot, besok
kita akan kembali demo dengan masa yang lebih banyak,” ancam Alfan Khoirul
Huda, selaku koordinator aksi.
Lebih dari itu, Arif Suyono
menuturkan bahwa bukan tidak mungkin jika rektor diturunkan paksa dari
jabatannya oleh mahasiswa. “Kita bisa menurunkan rektor pada saat aksi seperti
pada era Soeharto. Bisa juga dengan jalan mengajukan gugatan kepada pengadilan,”
tegasnya. [Abdi/Kiki/Taufiq]
KOMENTAR