![]() |
Suasana seminar dan short course oleh DEMA FUHum |
Agama kini hanya pereduksian
semata, sekadar institusi tanpa mengedepankan substansi sebagai pembawa
kedamaian. Begitu pun keadilan yang semakin terkikis substansinya di
masyarakat. “Kita ingin membongkar kembali makna agama yang semakin tereduksi
dan makna keadilan yang semakin menipis,” tegas Afit selaku Ketua Dewan Mahasiswa
(DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum).
Keresahan yang dirasakan oleh
Afit Khomsani inilah yang mendorongnya mengadakakn short course bersama
A. M. Safwan, pengasuh pondok pesantren
Muthahhari Yogyakarta.
Ia menambahkan kampus ‘mati suri’
setiap akhir pekan, sehingga dengan diadakan acara ini diharapkan dapat memacu
semangat aktivis kampus untuk menghidupkan kembali kegiatan mahasiswa di akhir
pekan. Ia pun melihat kajian filsafat di Ushuluddin kian menurun. “Kajian
filsafat di Ushuluddin mulai menurun, ditambah lagi hanya segelintir mahasiswa
saja yang masih aktif,” tambahnya.
Senada dengan hal itu, Mukhsin
Jamil selaku Dekan FUHum memberikan respon positif akan acara yang diadakan
oleh DEMA FUHum. “Mahasiswa perlu mengembangkan wacana-wacana seperti ini,” tuturnya.
Acara yang diadakan hari Sabtu (23/04)
di gedung O FUHum ini, turut dihadiri oleh mahasiswa dari kampus lain, seperti
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus. ”Di kampus saya tidak ada
jurusan filsafat jadi saya ingin mendapat sedikit pengetahuna tentang filsafat,”
kata Diyaul Falah, salah satu peserta dari STAIN Kudus.
Acara ini dilaksanakan secara
bertahap, dimulai pukul 09:00 WIB, dan akan berakhir pukul 15:00 WIB. Konsep
acara sengaja dibuat ‘bertahap’ agar peserta dapat mengerti secara mendalam
tentang materi yang disampaikan.
“Ini hanya premis minor, setelah
dhuhur kita lanjut ke premis mayor, dan 30 menit terakhir baru saya simpulkan,”
terang Safwan kepada para peserta di awal penjelasan. “Jangan hanya menyipulkan
di awal, kalau seperti itu nanti bahaya,” lanjut pria lulusan Universitas Gajah
Mada itu.
Lebih lanjut Afit berharap kepada
mahasiswa FUHum, agar lebih kritis dalam mengkaji kajian filsafat. “Saya pun berharap
agar para aktivis mampu menghidupkan kembali suasana kampus agar ramai dengan ilmu
serta pengajaran,” tegasnya. [Abdi]
KOMENTAR